10 Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar Terpopuler Sepanjang Masa, Penuh Makna Mendalam

Senin 28 Apr 2025, 10:08 WIB
Ilustrasi. Salah satu karya puisi yang ditulis Chairil Anwar berjudul AKU. (Sumber: Pexels/Cottonbro Studio)

Ilustrasi. Salah satu karya puisi yang ditulis Chairil Anwar berjudul AKU. (Sumber: Pexels/Cottonbro Studio)

POSKOTA.CO.ID - Kumpulan puisi karya Chairil Anwar selalu banyak yang mencari dari waktu ke waktu, terutama ketika Hari Puisi Nasional tiba.

Sebagai informasi, Hari Puisi Nasional diperingati atau jatuh pada 28 April setiap tahunnya untuk mengenang sosok Chairil Anwar yang wafat pada tanggal tersebut.

Chairil Anwar sendiri dikenal sebagai salah satu penyair ternama Indonesia yang memiliki banyak jasa besar dalam memajukan puisi modern Indonesia.

Baca Juga: Sosok Chairil Anwar Kembali Dikenang, Ternyata Ini Alasan 28 April Jadi Hari Puisi Nasional!

Salah satu karya puisi penyair yang punya julukan Si Binatang Jalang ini adalah puisi berjudul "AKU". "AKU" menjadi salah satu karya puisi Chairil Anwar yang sangat melekat padanya.

Selain "AKU", masih ada banyak karya puisi milik Chairil Anwar yang juga perlu diketahui masyarakat. Berikut ini 10 karya puisinya yang paling terkenal.

Kumpulan Karya Puisi Chairil Anwar

Bagi kamu yang penasaran dengan puisi-puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar, simak beberapa karyanya di bawah ini.

1. Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

Baca Juga: Hari Puisi Nasional 28 April, Sejarah dan Cara Memperingatinya

2. Krawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.

3. Tak Sepadan

Aku kira,
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.
Dikutuk sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa apa
Aku terpanggang tinggal rangka.

4. Sia-sia

Berita Terkait

News Update