Baca Juga: Banyak Dicekal Ormas, Dedi Mulyadi Tanggapi Santai: Paling Penting Kebijakan Saya Bermanfaat
Dedi pun menyinggung soal biaya yang ditanggung orang tua. “Perpisahan itu bayar engga? Siapa yang bayar?” tanyanya. Sang remaja dengan jujur menjawab, “Orang tua, Pak.”
Gubernur Dedi lalu menegaskan bahwa kenangan indah sekolah seharusnya tercipta selama proses belajar, bukan saat acara perpisahan.
Namun, remaja itu membantah dengan menyebut bahwa momen perpisahan penting untuk bisa berkumpul terakhir kali bersama teman-teman.
“Kalau engga ada perpisahan, kita engga bisa kumpul bareng atau ngerasain interaksi terakhir,” ujar remaja tersebut.
Dedi menyampaikan bahwa seharusnya kritik yang dilontarkan warga lebih diarahkan pada hal-hal krusial seperti biaya pendidikan, penanganan banjir, atau kebijakan penggusuran yang langsung berdampak pada masyarakat.
“Kalau soal perpisahan sekolah, akhirnya malah dibully karena logikanya engga tepat,” ucap Dedi.
Baca Juga: Heboh! Mobil Mewah Dedi Mulyadi Nunggak Pajak, Ternyata Ini Alasannya
Bahkan Dedi pun menyinggung kepada orangtuanya yang menyertainya apakah sudah memiliki rumah apa belum, orangtua remaja tersebut menjawab masih mengontrak dan itu pun masih mencicil sebagain.
"Nah ini bagaimana, anak ibu koar-koar ingin perpisahan sekolahnya sedangkan untuk tinggal saja masih bingung cari tambahan untuk melunasi kontrakannya," papar Dedi.
Dengan kata lain, segala bentuk kegiatan seperti perpisahan, wisuda maupun studytour di sekolah itu sebenarnya memberatkan orangtua.
Bahkan Dedi melontarkan apakah pemikirannya para orangtua yang hadir di kediamannya tersebut serupa bahwa semua kegiatan tersebut membebankan orangtua. Tanpa dikomando semua yang hadir tersebut menyetujuinya.