Lantas Dedi Mulyadi pun kembali menanyakan argumen remaja tersebut, dimana hanya Indonesia yang punya kebiasaan wisuda di tingkat sekolah.
"Di negara mana yang TK ada wisuda, SMP ada wisuda, SMA ada wisuda di negara mana tuh? Hanya di Indonesia," ujar Dedi.
"Punya rumah engga yang wisuda Tk itu, engga punya, di bantaran sungai. SMP wisuda lagi, punya rumah engga. SMA wisuda lagi, punya rumah engga," ungkap Dedi lagi.
Baca Juga: Terlibat Debat Soal Perpisahan Wisuda dengan Dedi Mulyadi, Aura Cinta Sekolah Di Mana?
Hal tersebut diucapkan diketahui karena sang remaja perempuan itu dengan orang tuanya kini masih belum memiliki rumah dan tinggal di bantaran kali, namun tidak puas dengan kebijakan yang diniatkan membantunya.

"Saya tanya, gubernur melakukan itu untuk siapa?" tanya Dedi Mulyadi.
"Rakyat semua," jawab remaja perempuan itu.
"Orang tua," imbuh Dedi.
Namun remaja peremuan tersebut masih membantah dan terus bersikeras bahwa wisuda di tingkat sekolah harus tetap ada meski harus bayar.
"Lebih tepatnya bukan gitu Pak, biar adil, semua murid bisa merasakan perpisahan," tuturnya.
Gubernur Jawa Barat itu kembali menegaskan bahwa yang dibebani dalam hal ini adalah orang tua yang sebenarnya juga dirasakan oleh ibu dan ayahnya.
"Ngerasain perpisahan, duit perpisahan dari siapa?" tanya Dedi.