Hari Puisi Nasional Diperingati Tiap 28 April, Intip 5 Karya Penyair Legendaris Chairil Anwar

Minggu 27 Apr 2025, 19:26 WIB
Penyair puisi legendaris Chairil Anwar (Sumber: TikTok/@berandaliterasimansagal)

Penyair puisi legendaris Chairil Anwar (Sumber: TikTok/@berandaliterasimansagal)

POSKOTA.CO.ID - Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April pada setiap tahunnya sebagai salah satu simbol mengenang penyair legendaris Tanah Air, Chairil Anwar yang tewas pada 28 April 1949 silam.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan sajak atau ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Mengutip akun TikTok @literasirelasi pada Minggu, 27 April 2025, Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan sebelum akhirnya pindah ke Jakarta pada tahun 1940, di mana 2 tahun kemudian, tepatnya 1942 dia mulai aktif mempublikasikan karya syairnya.

Chairil sendiri dijuluki ‘Si Binatang Jalang’ dari karyanya yang berjudul ‘Aku’. Dia tercatat telah menulis sekitar 96 karya, 70 di antaranya adalah puisi.

Baca Juga: Pinjam Saldo DANA Cuma Pakai Nomor HP, Bisa Cair Hingga Rp2.000.000 Tanpa KTP dan SLIK OJK Cek Selengkapnya!

Tema puisi yang diangkat oleh dia tidak jauh-jauh dari sosial sebab beberapa di antaranya berupa pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, bahkan multi-interpretasi.

Penasaran dengan karya-karya dari penyair terkemuka di Indonesia ini? Berikut 5 di antaranya yang dikenal hingga saat ini.

Karya Puisi Chairil Anwar

Berikut 5 karya puisi Chairil Anwar yang tidak terlupakan, tentu bisa Anda baca dan memahami maknanya:

1. Aku (Maret 1943)

Kalau sampai waktuku

'Ku mau tak seorang 'kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Baca Juga: Live Streaming Sprint Race MotoGP Spanyol 2025 Tayang Sesaat Lagi, Cek Link dan Jadwalnya di Sini

2. Hukum (Maret 1943)

Saban sore ia lalu depan rumahku

Dalam baju tebal abu-abu

Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul.

Bungkuk jalannya — Lesu

Pucat mukanya — Lesu

Orang menyebut satu nama jaya

Mengingat kerjanya dan jasa

Melecut supaya terus ini padanya

Tapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenaga

Pekik di angkasa: Perwira muda

Pagi ini menyinar lain masa

Nanti, kau dinanti-dimengerti!

3. Sia-Sia (Februari 1943)

Penghabisan kali itu kau datang

Membawa kembang berkarang

Mawar merah dan melati putih

Darah dan Suci

Kau tebarkan depanku

Serta pandang yang memastikan: untukmu.

Lalu kita sama termanggu

Saling bertanya: apakah ini?

Cinta? Kita kedua tak mengerti

Sehari kita bersama. Tak hampir-menghampiri.

Ah! Hatiku yang tak mau memberi

Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

4. Nisan (Oktober 1942)

Bukan kematian benar menusuk kalbu

Keridlaanmu menerima segala tiba

Tak kutahu setinggi itu atas debu

Dan duka maha tuan bertakhta.

5. Diponegoro (Februari 1943)

Diponegoro

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar, lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Terjang

Demikian informasi yang dapat Anda simak terkait karya populer Chairil Anwar, penyair legendaris di Tanah Air.

Berita Terkait

News Update