Total anggaran sementara yang diperlukan untuk mengadakan acara itu sebesar Rp162 juta. Peserta Tasyakuran terdiri dari 359 lulusan tahun 2025 yang berasal dari 10 kelas, 359 orang tua murid, serta undangan lainnya.
Belum lagi biaya buku tahunan sekolah yang totalnya mencapai Rp89,7 juta. Artinya, total dana yang dibutuhkan SMAN 70 untuk menggelar acara kelulusan siswa kelas 12 pada tahun ini beserta buku tahunan sekolahnya, sebesar Rp278,7 juta. Dengan rincian per kelas yaitu Rp27,8 juta.
Adapun jika dihitung hanya berdasarkan biaya untuk kegiatan kelulusan siswa kelas 12 SMAN 70, maka totalnya mencapai Rp189 juta.
Namun, semua yang dirancang oleh pihak SMAN 70 itu dikritik oleh orang tua murid. Salah satu rencana kegiatan yang mendapat kritik pedas yaitu penyelenggaraan acara kelulusan atau tasyakuran yang akan digelar di gedung mewah dengan jumlah anggaran bertambah dari awalnya Rp162 juta, menjadi Rp170 juta.
"Banyak orang tua siswa yang mengeluhkan banyaknya sumbangan-sumbangan untuk kelulusan kelas 12 tahun ini. Bahkan ada rencana wisuda-wisudaan dengan nama tasyakuran di gedung mewah yang memakan anggaran sampai 170 juta," kata salah satu wali murid yang enggan disebutkan namanya.
Padahal tahun lalu, upacara kelulusan kelas 12 hanya di lapangan sekolah dengan memakai seragam.
Dia juga menyebutkan, total anggaran yang dibebankan ke siswa kelas 12 tahun ini mencapai Rp278 juta. Setiap kelas harus menanggung hampir Rp30 juta.
"Ini total anggaran sampai Rp278 juta. Dan per kelas harus menanggung anggarannya hampir Rp30 juta," katanya.
Para orang tua murid juga mengirimkan surat terbuka yang ditujukan kepada Gubernur Jakarta. Isinya, mereka menyampaikan keberatan atas pola kegiatan di sekolah yang dinilai lebih banyak mengutamakan acara seremonial daripada akademik.
Selain itu, mereka juga mempertanyakan minimnya kegiatan yang mendukung persiapan siswa menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) seperti tryout atau pendalaman materi.
"Kegiatan di SMA Negeri 70 lebih banyak mengarah ke hura-hura yang membebani orang tua melalui pungutan berkedok donasi kepada OTM (orang tua murid)," tulis orang tua dalam surat tersebut.
Surat itu juga mengungkap adanya praktik pungutan yang harus ditransfer ke rekening pribadi guru. Orang tua murid juga menyebut pernah diminta transfer dana ke rekening atas nama wakil kepala sekolah saat itu.