3. Tafakur dan Merenung – Seseorang yang melakukan i'tikaf juga sebaiknya menyisihkan waktu untuk merenung (tafakur) dan introspeksi diri. Ini adalah kesempatan untuk merenungkan hubungan kita dengan orang tua, pasangan, dan sesama.
Namun, kata Buya Yahya, bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk melakukan i'tikaf di masjid, tidak perlu berkecil hati. Allah Maha Tahu akan keadaan hamba-Nya.
Selanjutnya, Buya Yahya juga mengatakan, wanita yang tidak bisa pergi ke masjid atau mereka yang tinggal jauh dari masjid yang layak untuk i'tikaf, masih dapat memperoleh pahala yang sama dengan beribadah di rumah.
Ibadah di rumah, lanjutnya, jika dilaksanakan dengan niat yang ikhlas, juga dapat menjadi sarana untuk mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.
I'tikaf yang Ideal
I'tikaf yang ideal adalah menghidupkan malam Ramadhan dengan salat Isya berjamaah, salat Subuh berjamaah, dan memperbanyak ibadah lainnya.
Jika tidak memungkinkan untuk melaksanakan i'tikaf secara penuh, kita bisa memilih untuk melakukan ibadah secara singkat.
Dalam mazhab Syafi'i, i'tikaf bisa dilakukan dalam waktu singkat, asalkan dilakukan dengan niat yang benar dan tidak ada gangguan yang menghalangi.
Misalnya, seseorang dapat memilih untuk beristirahat setelah salat tarawih, kemudian bangun pada sepertiga malam terakhir untuk beribadah hingga pagi.
Dengan melakukan zikir, doa, dan membaca Al Quran pada malam-malam tersebut, diharapkan seseorang bisa meraih keberkahan dari Allah.