“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762)
Hadits ini menunjukkan bahwa tanda alam munculnya Lailatul Qadar akan terlihat pada pagi harinya, yakni matahari terbit dengan warna yang putih dan tidak memancarkan sinar secara menyeluruh.
Baca Juga: Cara Meraih Malam Lailatul Qadar 2025 pada 10 Hari Terakhir Ramadhan
Tanda ini bisa menjadi salah satu petunjuk, meskipun umat Islam diingatkan untuk tidak hanya mencari tanda semata tapi juga dianjurkan untuk menghidupkan malam tersebut dengan ibadah.
Kemudian ada juga hadis lain yang menjadi rujukan dalam penjelasan ini. Diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi, hadis tersebut mengatakan:
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
"Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Pada pagi hari, matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361).
Hadis ini menggambarkan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan kedamaian dan kesejukan, tidak terlalu panas ataupun dingin.
Kemudian pada pagi harinya, matahari yang terbit akan tampak kemerah-merahan, yang menjadi tanda khas dan dapat mengindikasikan bahwa malam sebelumnya adalah Lailatul Qadar.
Oleh karena itu, Kiai Muiz kembali mengingatkan kepada umat Islam untuk fokus pada pengamalan ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Dengan mengharap pahala dan keberkahan dari Allah SWT tanpa terfokus pada prediksi atau tanda-tanda malam Lailatul Qadar tersebut.
"Yang seharusnya dilakukan adalah menghidupkan malam itu dengan ibadah, bukan mencari tanda-tandanya," tandasnya.