Sejarah Mudik Lebaran di Indonesia, Ternyata Erat Kaitannya dengan Budaya

Minggu 16 Mar 2025, 10:17 WIB
Ilustrasi. Sejarah mudik di Indonesia erat kaitannya dengan budaya. (Sumber: Freepik/studio4rt)

Ilustrasi. Sejarah mudik di Indonesia erat kaitannya dengan budaya. (Sumber: Freepik/studio4rt)

POSKOTA.CO.ID – Mudik Lebaran merupakan tradisi di Tanah air yang sampai saat ini masih berlanjut.

Namun, siapa sangka bahwa mudik Lebaran ternyata memiliki Sejarah panjang dan erat kaitannya dengan budaya di Indonesia.

Dikutip dari YouTube Frog2Clowr Production, berikut ini adalah Sejarah tradidi mudik Lebaran di Indonesia.

Sejarah Tradisi Mudik

Baca Juga: Cara Merawat Ban Mobil agar Lebih Awet Jelang Mudik Lebaran

Sejarah mudik di Indonesia tidak terlepas dari sejarah panjang masyarakat yang sejak dulu hidup dengan budaya gotong-royong dan ikatan kekeluargaan yang erat.

Dalam tradisi masyarakat agraris, terutama di Pulau Jawa, Idul Fitri adalah waktu yang sangat dinantikan untuk kembali berkumpul dengan keluarga setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Tradisi pulang ke kampung halaman ini lebih dari sekadar ritual keagamaan.

Pada awalnya, mudik bukanlah tradisi yang direncanakan atau dibakukan seperti sekarang.

Mudik terjadi secara alami seiring dengan perjalanan waktu, terutama ketika sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di desa-desa atau kota-kota kecil, sementara sebagian lainnya merantau ke kota besar untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Baca Juga: Tips Jaga Gizi Seimbang saat Mudik di Bulan Ramadhan

Mudik pertama kali berkembang sejak zaman penjajahan Belanda pada abad ke-19. Pada masa itu, sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di desa dan bekerja sebagai petani atau nelayan.

Ketika bulan Ramadhan tiba, mereka akan menahan diri untuk berpuasa dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Setelah menjalankan ibadah puasa, mereka merasa perlu untuk pulang ke kampung halaman guna merayakan Idul Fitri bersama orang tua, keluarga, dan sanak saudara.

Namun, perjalanan mudik pada masa itu tidak semudah sekarang. Transportasi di Indonesia masih sangat terbatas, dan mereka yang ingin mudik harus berjalan kaki, naik kereta api, atau menggunakan kapal laut jika kampung halamannya berada di luar pulau.

Mudik pada waktu itu sangat melelahkan, memerlukan waktu yang lama, dan sering kali penuh tantangan.

Meskipun demikian, semangat untuk berkumpul dengan keluarga pada hari raya Lebaran tetap menjadi motivasi utama bagi mereka.

Baca Juga: Cara Atur Keuangan untuk Mudik, Liburan Lebaran Jadi Menyenangkan dan Terkontrol

Perkembangan Mudik Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, jumlah penduduk yang tinggal di kota-kota besar semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dan industri.

Banyak orang yang merantau ke kota untuk bekerja dan mencari penghidupan yang lebih baik.

Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan kota besar lainnya menjadi tujuan utama para perantau.

Pada era 1970-an dan 1980-an, pemerintah mulai memperhatikan fenomena mudik ini karena tingginya jumlah pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, bus, dan kereta api.

Pemerintah kemudian mulai membangun infrastruktur untuk mendukung mudik, seperti memperbaiki jalan raya, mengembangkan jalur kereta api, dan meningkatkan fasilitas transportasi lainnya.

Program mudik bersama yang dicanangkan pemerintah mulai dilaksanakan pada masa ini untuk mengatur arus mudik agar lebih tertib dan aman.

Mudik di Era Modern

Memasuki era 1990-an dan 2000-an, perkembangan teknologi semakin memudahkan masyarakat untuk merayakan Lebaran bersama keluarga.

Transportasi semakin berkembang pesat dengan hadirnya berbagai pilihan moda transportasi yang lebih cepat dan efisien, seperti pesawat terbang, kereta api cepat, hingga bus antarkota.

Selain itu, jalan tol yang menghubungkan kota-kota besar dengan daerah-daerah semakin banyak dibangun, memungkinkan perjalanan mudik menjadi lebih mudah dan cepat.

Pemerintah juga mulai menggencarkan program mudik gratis atau mudik bersama yang disponsori oleh berbagai perusahaan swasta dan BUMN.

Program ini memberikan fasilitas transportasi bagi mereka yang ingin mudik tetapi terbatas dari sisi biaya atau kendaraan pribadi.

Program mudik gratis ini sangat populer dan banyak diminati oleh masyarakat karena lebih terjangkau dan memberikan kenyamanan serta keamanan dalam perjalanan.

Makna Sosial dan Budaya Mudik

Mudik Lebaran lebih dari sekadar perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain; mudik memiliki makna yang lebih mendalam.

Tradisi ini merupakan simbol kebersamaan, yang menjadi inti dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Lebaran adalah waktu yang penuh sukacita, untuk saling berbagi kebahagiaan, serta mempererat hubungan antar keluarga, sahabat, dan kerabat.

Di banyak daerah, mudik juga menjadi waktu untuk saling meminta maaf dan menyelesaikan perbedaan yang mungkin terjadi di masa lalu.

Mudik adalah momentum untuk merajut kembali hubungan yang renggang dan menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi di masa lalu.

Semua itu dilakukan dengan niat yang tulus untuk memulai hidup yang lebih baik dan penuh kedamaian.

Selain itu, mudik juga menjadi waktu bagi masyarakat untuk mengenang dan merayakan tradisi yang telah ada sejak lama.

Makanan khas Lebaran yang disajikan di meja makan, seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan sambal goreng, menjadi simbol kekayaan kuliner Indonesia yang turut menyatukan keluarga dalam kebahagiaan.

Ritual-ritual seperti salat Idul Fitri, ziarah ke makam keluarga, dan berbagi rezeki dengan orang yang kurang mampu semakin memperkaya makna mudik sebagai bentuk perayaan kebersamaan dan rasa syukur.

Mudik di Era Digital

Seiring dengan kemajuan teknologi, mudik kini juga diwarnai dengan perkembangan digital. Tiket transportasi yang dahulu harus dibeli secara langsung kini dapat dipesan dengan mudah melalui aplikasi online.

Bahkan beberapa perusahaan menawarkan layanan transportasi mudik berbasis teknologi, seperti kendaraan berbagi (ride-sharing) dan layanan ojek online, yang membuat perjalanan mudik semakin mudah dijangkau.

Di sisi lain, media sosial juga memainkan peran penting dalam menjaga hubungan dengan keluarga meskipun berada jauh di kampung halaman.

Meskipun fisik tidak dapat selalu bersama, teknologi membuat komunikasi tetap lancar, memungkinkan orang untuk tetap terhubung dengan keluarga mereka saat merantau.

Itulah Sejarah mudik Lebaran di Indonesia yang hingga saat ini menjadi tradisi tahunan.

Berita Terkait
News Update