"Biar tidak dikira akun ilegal/bodong."
Ini adalah cara licik untuk memancing emosi korban. Penipu tahu bahwa manusia secara alami ingin membuktikan diri.
Dengan memberikan kesan bahwa akun mereka bisa dianggap bodong jika tidak segera melakukan transaksi, mereka membuat korban merasa tertantang dan akhirnya terdorong untuk top up demi validasi.
2. Manipulasi Psikologis melalui Harapan Palsu
Kata-kata seperti:
"Bisa Narik."
terdengar sederhana, tetapi sebenarnya mengandung jebakan. Ini adalah strategi yang menciptakan dilema: korban diberi sedikit harapan bahwa mereka bisa menarik uang, tetapi dengan satu syarat—harus top up lagi atau merekrut anggota baru.
Dalam banyak kasus, skema ini membuat korban terus-menerus menginvestasikan uang mereka dengan harapan mendapatkan keuntungan yang sebenarnya tidak pernah ada.
3. Tantangan untuk Membuktikan Diri
Korban sering kali diberikan tantangan terselubung:
"Kalau memang ini scam, kenapa masih banyak yang bisa narik?"
Ini adalah bentuk gaslighting dalam dunia investasi bodong. Dengan memberikan contoh beberapa orang yang berhasil melakukan penarikan (biasanya adalah para leader atau akun fiktif), mereka membuat korban berpikir bahwa kegagalan mereka sendiri disebabkan oleh kurangnya usaha—bukan karena sistemnya memang dirancang untuk menipu.
4. Ketakutan Penipu Terbongkar
Jika sebuah investasi benar-benar legal dan terpercaya, maka pemiliknya tidak akan sibuk membela diri atau membuktikan bahwa mereka bukan scam. Namun, dalam skema penipuan, pelaku sering kali:
- Mengeluarkan pernyataan membela diri
- Menyebarkan testimoni palsu
- Mengancam atau menyindir orang yang meragukan mereka
Semua ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya tahu bahwa skema mereka sudah mulai tercium oleh publik.