Diperiksa Kejagung Tentang Korupsi Pertamina, Begini Profil Ahok yang Penuh Kontroversi

Kamis 13 Mar 2025, 13:14 WIB
Mantan Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat tiba di Kejagung, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Ali Mansur)

Mantan Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat tiba di Kejagung, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Ali Mansur)

Namun usahanya di dunia pertambangan itu hanya berlangsung selama dua tahun. Dirinya lantas melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992.

Seusai menempuh pendidikan S2, Ahok lalu bekerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta yang bergerak dalam bidang kontraktor listrik. Hingga akhirnya ia kembali ke kampung halamanya, Belitung Timur. Lantas kembali mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada.

Dikutip dari situs ahok.org, pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Dari situlah Ahok mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup.

Lantaran diposisi itulah sempat terpikir oleh Ahok untuk pindah ke luar negeri, namun keinginan itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.

Memilih Masuk ke Jalur Politik

Atas keyakinan itulah yang membuatnya yakin untuk membantu rakyat kecil di kampungnya. Hingga akhirnya Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2003. Pada tahun 2004, dirinya bergabung pertama ke partai politik dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Dirinya kemudian mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.

Walaupun dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, dan memberi nomor handphone Ahok. Akhirnya membuatnya terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.

Satu tahun kemudian, Ahok memilih peruntungan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur tahun 2005, Ahok berpasangan dengan Khairul Effendi, B.Sc. dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.

Hingga akhirnya dirinya berhasil mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama.

Lantas pada tahun 2012 Ahok pun hijrah ke ibu kota dengan mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Joko Widodo dalam Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012. Pasangan Jokowi-Ahok ini mendapat 1.847.157 (42,60 persen) suara pada putaran pertama, dan 2.472.130 (53,82 persen) suara pada putaran kedua, mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

Baca Juga: Hari ini, Ahok Diperiksa Kejagung Berkaitan Kasus Pertamina

Kemudian pada 14 November 2014, DPRD DKI Jakarta mengumumkan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta yang menggantikan Joko Widodo yang telah menjadi Presiden Republik Indonesia. Setelah pengumuman ini, DPRD DKI Jakarta mengirimkan surat ke Kementerian Dalam Negeri agar Ahok dilantik menjadi gubernur.

Hingga akhirnya Ahok menuntaskan jabatannya hingga 2017 dengan dibantu Djarot Saiful Hidayat sebagai wakilnya. Lantas di tahun 2017 Ahok pun maju kembali di Pilkada DKI Jakarta. Namun kandas karena kalah dari pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Berbagai Kontroversi Ahok

Dalam kariernya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok telah memicu berbagai macam kontroversi yang kebanyakan disebabkan oleh pernyataannya.

Berita Terkait
News Update