Peningkatan pengawasan terhadap personel kepolisian, khususnya terkait penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran etik, harus menjadi prioritas agar kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum tetap terjaga.
"Sehingga institusi ini benar-benar menjadi pelindung masyarakat, bukan malah menjadi ancaman bagi anak-anak yang rentan," ujar Dian.
Baca Juga: Kapolres Ngada Diamankan Propam, Diduga Terlibat Kasus Narkoba dan Asusila Begini Profilnya
Diberitakan sebelumnya Penyidik Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (Ditkrimum) Polda NTT masih mendalami kasus ini, termasuk keterlibatan saksi-saksi kunci dan bukti-bukti yang ditemukan.
Kasus ini juga menarik perhatian internasional setelah video kejahatan tersebut tersebar di situs porno Australia.
Perwira polisi berpangkat melati dua ini diduga terlibat dalam pencabulan terhadap tiga anak di bawah umur di Kota Kupang.
Dari hasil penyelidikan, polisi telah memeriksa sembilan orang saksi. Salah satu saksi kunci berperan sebagai perantara yang membawa korban bertemu dengan Fajar. "Saksi berinisial F mengaku dihubungi oleh Fajar untuk menghadirkan anak tersebut.
F kemudian membawa korban ke sebuah hotel di Kupang," jelas Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda NTT, Kombes Pol Hendry Novika Chandra.
Setelah kejadian, F diberi imbalan sebesar Rp 3 juta, sementara korban tidak menerima uang sama sekali. Korban, seorang anak perempuan berusia enam tahun, hanya diajak makan dan bermain sebelum akhirnya menjadi korban pencabulan.
Baca Juga: Kapolres Ngada Dicopot, Diduga Terlibat Kasus Narkoba dan Asusila Begini Kata Menkopolhukam
Yang lebih mengejutkan, Fajar diduga merekam aksi kejahatannya dan menyebarkan video tersebut ke situs porno di Australia.
Otoritas Australia kemudian melaporkan temuan ini ke pemerintah setempat, yang akhirnya membuat kasus ini mencuat ke permukaan.