Hujan ini terbentuk karena sistem awan konektiv jenis Cumulonimbus (Cb) yang pada dasarnya memiliki dimensi menjulang tinggi, yang menandakan bahwa terdapat kondisi labilitas udara signifikan.
Kemudian, dalam awan itu membentuklah butiran es dengan ukuran cukup besar, yang disebut sebagai downdraft.
Alhasil, butiran es yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga menjadi fenomena hujan es. Biasanya, peristiwa ini berlangsung dalam durasi singkat, disertai angin kencang hingga kilat.
Demikian informasi terkait hujan es yang melanda Yogyakarta dan penjelasan dari BMKG.