JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Suasana duka menyelimuti keluarga balita bernama Athariz Alsaki bin Abidin. Anak berusia dua tahun tersebut wafat setelah hanyut saat proses evakuasi korban banjir di Jakarta Selatan.
Athariz hanyut saat proses evakuasi banjir dari rumahnya di gang Perintis, Kebon Baru, ke rumah mertua di Jalan H, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan pada Selasa petang, 4 Maret 2025.
Di rumah mertua yang merupakan rumah kontrakan berlantai dua, keluarga almarhum Athariz merasakan duka mendalam. Sang mertua tak henti-hentinya merapalkan doa.
Kepada Poskota, Maya (33) orang tua Athariz mengaku sama sekali tak menyangka, anaknya bisa hanyut hingga ditemukan meninggal dunia keesokan harinya.
Baca Juga: DLH Jakarta Pastikan Tumpukan Sampah dari Banjir Teratasi
"Si anak di sana (rumah) dan lagi mau ke sini (ngungsi ke rumah orang tua). Kita masih di atas di lantai dua rumah. Air tingginya sekitar 2-3 meter," kata Maya dengan mata yang berlinang.
Maya bersama suami dan dua anaknya masih memilih bertahan sejak Senin, 3 Maret 2025, saat banjir mulai menggenangi permukiman warga akibat luapasan Sungai Ciliwung.
Hingga pada Selasa, 4 Maret 2025 siang, ia bersama suami dan dua anaknya memutuskan untuk mengungsi karena posisi rumahnya juga sudah mati lampu, khawatir akan terjadi apa-apa ke anak.
"Sekitar jam 3 sore kemarin kita mulai mau ngungsi," katanya.
Baca Juga: PLN Jawa Barat Salurkan Bantuan bagi Korban Banjir di Berbagai Wilayah
Maya bersama dua anaknya dan satu tetangganya saat itu dievakuasi bersamaan dengan menggunakan satu perahu karet oleh petugas pemadam kebakaran (damkar).
Berharap proses evakuasi berjalan dengan lancar, justru saat evakuasi, perahu karet yang mereka tumpangi tiba-tiba saja terbawa arus yang cukup besar.
"Air deres, jadi ada pertigaan, airnya masuk ke belokan, deresnya di situ. Posisi bayi dipegangin gak pake gendongan. Perahu kan terbalik, mau ditarik pake tali Damkar gak kuat, posisi air lama-lama masuk, perahu miring ke kanan, terus terbalik," ujar Maya.
Baca Juga: Tak Hanya Intensitas Hujan Tinggi, BNPB Ungkap Hal Ini Jadi Penyebab Banjir Bekasi
Maya yang saat itu juga sempat ikut hanya bisa pasrah. Bahkan ia mengaku, dirinya juga mendapat pertolongan dari warga saat hanyut karena derasnya air.
Sementara, kakak almarhum Athariz, Amar Malik, 7 tahun, juga ikut selamat karena saat itu ayahnya yang kebetulan tepat di depan perahu karet, langsung sigap menyelamatkan anak laki-lakinya itu.
"Saya sempet keseret juga. Selamat ada warga di musola lagi berdiri, dia lompat nyelametin saya. Kalau kakaknya ini selamat, posisinya ada suami di depan, terus dilempar," ujarnya.
Ayah almarhum, Abidin (35) menyayangkan karena saat proses evakuasi, warga tidak diberikan alat keamanan diri yakni pelampung. Padahal seharusnya, warga diberikan pelampung.
"Malah petugas yang pakai plampung. Tapi saya gak menyalahkan siapapun. Ini cuma buat evaluasi aja ke depan, kalau ada evakuasi, kalau bisa kasih alat safety untuk warga," ujar Abidin.
Pria yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini juga berharap, pemerintah dapat segera mengatasi masalah banjir di Jakarta. Jangan sampai ada lagi korban jiwa.
"Kalau bisa pembangunan tanggul, sodetan, turap, itu dipercepat," ujarnya.