Viral Video Lawas Pabrik Sritex yang Diresmikan Soeharto Kini Tutup di Era Prabowo

Minggu 02 Mar 2025, 12:41 WIB
Peresmian pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk oleh Presiden Soeharto dan kebangkrutan di era Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Kolase/@BebySoSweet, Istimewa)

Peresmian pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk oleh Presiden Soeharto dan kebangkrutan di era Presiden Prabowo Subianto. (Sumber: Kolase/@BebySoSweet, Istimewa)

POSKOTA.CO.ID - Viral di media sosial video lawas yang memperlihatkan momen peresmian pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) oleh Presiden Soeharto.

Video tersebut menjadi sorotan lantaran pabrik tekstil terbesar di Indonesia ini kini harus menutup operasinya pada 1 Maret 2025 di era Presiden Prabowo Subianto, mantan menantu Soeharto.

Keputusan untuk menutup operasional pabrik membuat lebih dari 10.000 karyawan harus mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Video viral tersebut menjadi simbol kejayaan masa lalu yang kini berakhir dengan kebangkrutan Sritex.

Dalam video yang viral di media sosial, terlihat Presiden Soeharto didampingi oleh Ibu Negara saat meninjau pabrik tekstil tersebut.

Momen ini mengingatkan publik akan kedekatan Soeharto dengan pemilik Sritex saat itu, Muhammad Lukminto.

Sritex bukan sekadar perusahaan biasa, melainkan bagian dari pertumbuhan ekonomi industri tekstil Indonesia pada masanya.

Peresmian pabrik baru Sritex pada tahun 1992 dilakukan bersamaan dengan acara perluasan 275 usaha kelompok aneka industri yang dipusatkan di lokasi Sritex, Sukoharjo.

Meskipun sempat berjaya di era 1990-an hingga awal 2000-an, Sritex akhirnya harus menyerah menghadapi tantangan ekonomi.

Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto, memberikan pernyataan terakhirnya kepada seluruh karyawan setelah pengumuman PHK massal.

Dalam pidatonya, ia menyampaikan rasa terima kasih atas loyalitas dan dedikasi seluruh karyawan yang telah membangun perusahaan ini selama bertahun-tahun.

Tak lama setelah pidato penutupan, suasana di lingkungan Sritex semakin emosional. Seluruh karyawan dan manajemen berkumpul bersama untuk menyanyikan lagu "Kenangan Terindah" yang dipopulerkan oleh grup band Samson.

Baca Juga: Kabar Duka, Istri Pendiri PT Sritex Susyana Lukminto Meninggal Dunia

Respon Publik Terhadap Video Lawas Soeharto

Reaksi publik pun bermunculan di media sosial. Beberapa akun mengaitkan tutupnya Sritex dengan pemerintahan saat ini.

"Pabrik Sritex diresmikan Presiden Soeharto. Bangkrut dan ditutup di era pemerintahan menantunya," tulis akun X @Beb*****.

"Didirikan oleh mertua, dihancurkan oleh mantan menantunya," ujar @xh****.

Banyak yang menilai bahwa, pemerintah seharusnya lebih berpihak pada industri tekstil nasional yang telah terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Banyak warganet turut mengomentari kebijakan pemerintah terkait industri tekstil ini.

"Pemerintah hanya banyak bicara, tapi malah mendirikan perusahaan baru yang belum jelas keberpihakannya. Padahal Sritex sudah terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja. Kebijakan sekarang benar-benar gak jelas," kritik pengguna @Jun****.

Baca Juga: Selamat Jalan Inspirasi Wanita Indonesia, Susyana Lukminto Pemilik PT. Sritex Tutup Usia 

Sejarah Panjang Sritex

Pabrik Sritex memiliki sejarah panjang dalam industri tekstil Tanah Air. Didirikan pada tahun 1966 oleh HM Lukminto, perusahaan ini awalnya bernama UD Sri Redjeki dan berfokus pada perdagangan tekstil di Pasar Klewer, Solo.

Seiring berkembangnya bisnis, pada tahun 1968, Sritex melakukan ekspansi dengan mendirikan pabrik cetak pertama di Joyosuran, Solo, untuk memproduksi kain mentah dan bahan putihan.

Pada era 1990-an, Sritex mulai menembus pasar ekspor dan menjadi salah satu pemasok utama seragam militer berbagai negara.

Kesuksesan Sritex semakin terlihat ketika perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 dengan kode saham SRIL.

Di bawah kepemimpinan Iwan Lukminto, putra pendiri perusahaan, Sritex berhasil berkembang menjadi produsen tekstil global, dikenal dengan kualitas produknya yang tinggi dan kemampuannya memenuhi permintaan pasar internasional.

Namun, di balik kesuksesan tersebut, Sritex kini menghadapi tantangan berat. Persaingan global yang semakin ketat, kenaikan biaya produksi, serta perubahan dinamika pasar menjadi faktor yang mempersulit keberlanjutan bisnis perusahaan ini.

Beban utang yang terus meningkat juga semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Akibatnya, Sritex harus mengambil langkah drastis, termasuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 6.600 karyawan dan menghentikan seluruh operasionalnya.

Berita Terkait
News Update