POSKOTA.CO.ID - Ramadhan telah tiba, dan bagi umat Muslim, bulan suci ini menjadi momen istimewa untuk meningkatkan ibadah, termasuk melatih anak-anak dalam menjalankan puasa.
Namun, bagi sebagian orang tua, mengajarkan anak-anak berpuasa di awal Ramadhan bukanlah tugas yang mudah. Tantangan seperti anak rewel, mudah lapar, atau bosan sering kali menjadi kendala. Bagaimana cara agar anak-anak bisa berlatih puasa dengan lebih menyenangkan tanpa merasa terbebani?
Mengenalkan Konsep Puasa dengan Cara Menarik
Sejak dini, anak-anak perlu diperkenalkan dengan makna puasa secara positif. Orang tua bisa menggunakan pendekatan cerita atau dongeng Islami yang menggambarkan keutamaan puasa.
Misalnya, kisah-kisah tentang anak-anak di zaman Nabi yang bersemangat menjalankan ibadah ini. Selain itu, menggunakan analogi sederhana seperti "puasa itu seperti tantangan superhero" dapat membuat anak lebih antusias dalam menjalaninya.
"Kami selalu membacakan kisah-kisah Islami sebelum tidur dan menceritakan bagaimana anak-anak lain juga berlatih puasa. Ini membantu anak-anak memahami bahwa puasa adalah bagian dari perjalanan spiritual yang menyenangkan," ujar Fitri, seorang ibu dua anak dari Kota Bandung membagikan ceritanya.
Baca Juga: Daftar Negara dengan Waktu Puasa Ramadhan Terpendek dan Terpanjang di Dunia
Melatih Puasa Secara Bertahap
Bagi anak-anak yang baru pertama kali belajar berpuasa, langsung menjalankan puasa penuh sejak subuh hingga magrib tentu terasa berat. Oleh karena itu, metode puasa bertahap bisa menjadi solusi yang efektif.
Orang tua dapat memulai dengan membiarkan anak berpuasa hingga waktu Zuhur atau Ashar sebelum meningkatkan durasinya secara perlahan.
"Kami menerapkan puasa setengah hari dulu. Setelah beberapa hari, jika anak merasa mampu, mereka bisa mencoba berpuasa lebih lama. Ini membuat mereka lebih siap dan tidak merasa dipaksa," tambahnya.
Mengalihkan Perhatian dengan Aktivitas Menyenangkan
Salah satu penyebab anak merasa rewel saat berpuasa adalah kebosanan. Untuk itu, orang tua bisa menyediakan berbagai aktivitas yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga bermanfaat, seperti membaca buku Islami, menggambar tema Ramadhan, atau membuat prakarya bertemakan bulan suci.
"Salahsatu penyemangat mungkin bisa membuat kalender Ramadhan yang bisa diwarnai oleh anak-anak. Setiap kali mereka berhasil berpuasa, mereka bisa menempelkan stiker bintang di kalender. Ini membuat mereka lebih termotivasi," ujar Ustaz Baba Feylian.
Baca Juga: Kenapa Puasa Selalu Maju 10 sampai 12 Hari? Simak Penjelasannya di Sini
Menyiapkan Menu Sahur dan Berbuka yang Bergizi
Makanan yang dikonsumsi anak saat sahur dan berbuka sangat berpengaruh terhadap energi dan daya tahan tubuh mereka selama berpuasa.
Para ahli gizi merekomendasikan makanan yang kaya serat dan protein agar anak kenyang lebih lama. Hindari makanan yang terlalu manis saat sahur karena dapat membuat anak cepat lapar.
"Saya selalu memastikan anak-anak makan cukup protein, seperti telur dan daging, serta buah-buahan yang tinggi serat. Ini membantu mereka tetap bertenaga sepanjang hari," kata Siti, seorang ibu rumah tangga lainnya.
Memberikan Apresiasi dan Dukungan
Selain usaha fisik, anak juga membutuhkan dukungan emosional agar lebih semangat berpuasa. Memberikan pujian atau hadiah kecil, seperti mainan sederhana atau makanan favorit saat berbuka, dapat menjadi bentuk apresiasi yang membuat mereka semakin termotivasi.
"Kami memberikan hadiah kecil seperti stiker atau cerita spesial sebelum tidur jika anak-anak berhasil berpuasa. Ini membuat mereka merasa bangga dan ingin melanjutkan puasa dengan lebih baik," ujarnya.
Menjadi Contoh yang Baik
Anak-anak cenderung meniru kebiasaan orang tua mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menunjukkan semangat dan kegembiraan dalam menjalankan ibadah puasa.
Dengan melihat orang tua berpuasa dengan penuh kebahagiaan, anak-anak akan lebih mudah memahami bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan kesabaran dan pengendalian diri.
Dengan pendekatan yang menyenangkan dan bertahap, anak-anak dapat belajar berpuasa dengan lebih ringan dan tanpa tekanan.
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang kebersamaan, pendidikan spiritual, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini. Dengan demikian, Ramadhan bisa menjadi pengalaman berharga yang akan dikenang oleh anak-anak sepanjang hidup mereka.