JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Warga Kampung Tongkol Dalam yang tinggal di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, meminta perhatian dari pemerintah soal nasib mereka yang kini terkatung setelah terkena penggusuran.
Salah satu warga, Gatot Sudarto, 72 tahun, menyayangkan pemerintah yang tidak menawarkan warga pilihan untuk pindah ke rumah susun.
"Dua bulan terakhir memang gak ada sosialisasi, kami gak dikasih pilihan apakah mau tinggal di rusun atau tidak. Padahal kalau ada pilihan itu, kami bisa pertimbangkan," kata Gatot kepada Poskota di lokasi, Jumat, 24 Januari 2025.
Gatot menyebut, pihak Pemprov Jakarta pada November 2024 sempat menawarkan warga untuk pindah ke rusun. Bukannya tidak mau, namun warga meminta agar rusun yang disediakan tidak jauh dari lokasi mereka tinggal.
Baca Juga: Warga Kampung Tongkol Dalam Terkatung di Kolong Tol, Digigit Tikus Saat Tidur
Sebab kata Gatot, warga yang mayoritas merupakan pekerja harian lepas sudah nyaman dan terbiasa mencari nafkah hingga melakukan aktivitas sosial di tempat ini. Apalagi mayoritas sudah tinggal puluhan tahun.
"Tidak ada sama sekali (ditawarkan ke rusun). Itu kan namanya diajak duduk bersama, ini sama sekali tidak ada. Jadi artinya ada pengukuran," ungkap Gatot.
Gatot membeberkan bahwa pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, warga sempat meminta rusun yang tak jauh dari lokasi permukiman warga.
Hanya saja, Gatot merasa heran, rusun Tongkol yang katanya dibangun untuk warga Tongkol justru malah tidak dirasakan warga asli, salah satunya Gatot yang mempunyai KTP Jakarta.
Baca Juga: Kena Gusur, Warga Kampung Tongkol Dalam Jakarta Utara Sudah Seminggu Bertahan di Bawah Kolong Tol
"Warga malah ditawarkan ke rusun Nagrak dan rusun Marunda, bukannyan gak mau, tapi kedua rusun itu terlalu jauh, sementara ini ada rusun Tongkol yang dekat sama warga," kata dia.
"Kalau jauh itu warga bingung mencari nafkah, karena mungkin sudah terbiasa mencari nafkah di sini," katanya.
Bahkan ia menceritakan pada tahun 2007 lokasi ini juga pernah digusur. Saat itu beberapa warga yang digusur, pindah ke rusun yang sediakan. Tapi Gatot saat itu masih bertahan. Warga yang sempat pindah ke rusun akhirnya kembali lagi ke kolong tol.
"Banyak alasan, mungkin transportasi dan sebagainya, mungkin kurang memadai atau untuk mencari sesuap nasi kurang akhirnya mereka pada balik," katanya.
Soal masalah ini, Gatot menyayangkan tidak adanya sosialisasi yang dilakukan pihak terkait. Apalagi rumah warga tiba-tiba dibongkar.
Kisah Permukiman Kolong Tol Wiyoto Wiyono
Pria asal Jawa Tengah ini menceritakan awal ia bisa bermukim di kolong Tol Wiyoto Wiyono. Pada 1985 Gatot merantau ke Jakarta dan mulai mencari tempat singgah, yakni di kolong tol.
Berjalannya waktu, pada 1996 Tol Wiyoto Wiyono diresmikan. Saat itu Gatot mulai pindah ke kolong tol itu. Lambat laun, banyak warga yang mendirikan bangunan di kolong tol itu.
"Nah tahun 2000an itu sudah mulai ramai, pada bikin permukiman juga," ujarnya.
Rencana penggusuran ini awalnya sudah diendus oleh warga sejak Juni 2024. Pada saat itu, Gatot menyebut ada sejumlah pihak yang melakukan pengurukuran tanah di permukiman warga.
"Itu dari Wika sama konsultan PUPR, itu selama 2 minggu pengukuran," ujarnya.