Baca Juga: Ini Isi Aturan Lengkap Program Makan Bergizi Gratis di Pondok Pesantren
"Mereka juga bertanya, mengevaluasi, dan mereka responsif, misalnya bumbunya kurang terasa, ayamnya keras untuk anak-anak," tambahnya.
Menurut dia, program MBG ini sangat baik diimplementasikan. Namun pelaksanaannya juga harus dipantau, apalagi berkaitan dengan makanan yang diberikan ke anak-anak.
Hani menuturkan, banyak pelajar yang awalnya kurang suka dengan sayur, kini sudah mulai memakan sayur semenjak terbiasa saat uji coba MBG.
"Ternyata setelah dicoba, awalnya cuma sedikit nggak habis, dibawa pulang ke rumah. Tapi lama-lama disini ternyata terbiasa," ucap dia.
Tak mudah bagi guru SLB untuk mencerna dan memahami apa yang mereka mau. Butuh kesabaran dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.
Hani menyampaikan, dalam program MBG ini, ia dan para guru di sini mencoba membinasakan pelajar untuk menyantap makanan yang merupakan program pemerintah pusat.
"Ketika di awal-awal saja kita mengadaptasikan, karena kan lagi pembelajaran, datang makanan gitu, jadi gak fokus. Awal-awal sih, ketika minggu kedu, ketiga dan selanjutnya, sudah terbiasa jadi anak-anak, oke-oke aja," katanya.
Menurut dia, makanan yang disajikan kepada pelajar dalam program MBG ini lebih terlihat banyak mengandung gizi ketimbang yang dibawa pelajar dari rumah.
"Karena kalau dari rumah biasanya nasi sama mie, karbo ketemu karbo. Terus nasi sama sosis gitu. Kalau ini kan ada ayam, sayur, buah juga," ucapnya.
Pelajar tampak antusias ketika mendapatkan jatah MBG. Mereka kemudian dengan tertib masuk ke kelas masing-masing dan menyantap makanan.
"Makanannya enak, suka," kata Azhar (15) pelajar SMP kelas 7 di SLB 15 Jakarta.