POSKOTA.CO.ID - BAMBU dengan panjang sekitar 2 meter jadi penyangga sarung untuk menandu seorang ibu hamil. Dua orang pria perlahan-lahan melewati jalan berlumpur yang licin sambil menandu Anisah, 37 tahun, untuk melahirkan ke rumah bidan desa.
Di belakangnya, seorang pria lain bersiaga untuk bergantian menandu Anisah. Ada juga seorang pria berpeci hitam yang mengenakan sepatu bot menenteng barang bawaan keperluan melahirkan.
Seorang perempuan dan anak kecil ikut berjalan mengikuti rombongan tersebut ke rumah seorang bidan. Di awal bulan Januari 2025, Anisah mulai merasakan kontraksi. Ia hendak melahirkan.
Lokasi rumahnya yang berada di pelosok, di Kampung Cigebang Hilir, Desa Tanjungan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten membuat perjuangannya untuk melahirkan semakin sulit. Tak ada mobil yang bisa masuk ke kampungnya karena akses jalan yang rusak parah.
Warga harus menandu Anisah sejauh lima kilometer ke tempat persalinan. Hanya tandu darurat dari bambu dan kain sarung yang bisa mengantar Anisah ke rumah bidan.
Anisah mengaku, dirinya hendak melahirkan anaknya yang kedua. Namun karena kondisi jalan rusak, ia harus ditandu oleh warga dengan menggunakan kain sarung.
"Alhamdulillah anak kedua saya sudah lahir dengan selamat. Namun sebelum ke Bidan Desa saya ditandu oleh warga karena kondisi jalan rusak tidak bisa dilalui kendaraan," ucap Anisah kepada Poskota, Jumat, 3 Januari 2025.
Ia menceritakan, saat ditandu menuju tempat persalinan, merasakan hal tak karuan. Ia harus menahan sakit di dalam kain sarung saat ditandu oleh warga.
Baca Juga: Ada Pasien Ditandu Pakai Sarung di Pandeglang, Anggota DPRD: "Ya Allah Gusti"
"Ya perasaan saat ditandu campur aduk, mana menahan sakit, mules, dan takut melahirkan di tengah jalan, pasti repot. Soalnya kan menuju tempat persalinan lumayan jauh, saya juga ditandu oleh warga hampir satu jam lamanya di perjalanan," katanya.