POSKOTA.CO.ID - Hampir setengah jam, Sartiman (41) duduk termenung di antara puing-puing sisa bangunan rumahnya yang ludes dilahap si jago merah dalam kebakaran di Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat (Jakpus).
Hanya pakaian di badan dan dokumen penting yang bisa Sartiman selamatkan dari kobaran api. Bahkan saking tak tersisanya, ia tidak bisa mengais sisa-sisa hartanya.
"Alhamdulillah masih ada yang bisa diselamatkan. Waktu itu orang Damkar biarkan saja (barang-barang) yang penting nyawa. Kalau Pakaian, perabot semuanya ludes jadi abu," ucap Sartiman dengan terbata-bata saat ditanya Poskota.co.id, Sabtu, 14 Desember 2024.
Bapak tiga anak itu bercerita, saat kejadian dirinya tengah menunggu dagangannya yang baru laku dua piring. Sartiman mengaku sempat merasa tenang, karena kobaran api masih jauh dari rumahnya dan mobil pemadam pun sudah tiba di lokasi kebakaran.
"Tapi saya rasanya waktu itu angin kenceng banget, api cepat menjalar. Ditambah air (dari mobil pemadam) habis. Istri lagi tidur langsung bangun dan nangis, saya bilang cepat-cepat keluar, bawa surat-surat (dokumen)," timpalnya.
Saat ini, anak dan istrinya tinggal di tenda pengungsian. Sartiman berharap masih mendapatkan bantuan sembako dan uang tunai dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta atau pihak terkait.
Sebab, hingga empat hari setelah kejadian, para korban baru mendapatkan bantuan mie sebanyak satu kardus. Meski memang untuk makan dan minum sehari-hari sudah tercukupi.
"Itu saya dapetnya baru Indomie kemasan, satu kardus. Itu semua, bukan saya saja. Mau jualan lagi juga gimana enggak ada uang, semua perabotan untuk jualan habis terbakar," keluhnya.
Keberatan Direlokasi
Sehari-hari, Sartiman dan istrinya berjualan nasi di rumahnya dan di pinggir jalan raya saat malam hari. Oleh karena itu, ia menolak wacana relokasi ke tempat lain atau Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) meski tempat lebih layak.
Ia berpendapat, tidak mudah untuk memulai jualan di tempat baru, ditambah anak-anaknya juga masih bersekolah di tempat lama.
"Kalau yang enggak punya anak sih enak-enak aja. Nyari uang juga susah kalau kita harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Kalau di sini kan ibaratnya kita cuma nerusin," beber pria asal Wonosobo itu.