Masa tenang pilkada serentak sudah memasuki hari kedua. Artinya tinggal sehari lagi sebelum hari pencoblosan pada 27 November 2024.
“Pada hari itu rakyat Indonesia akan memilih 37 gubernur baru, 415 bupati baru dan 93 wali kota baru, “ kata mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, bung Heri dan bang Yudi.
“Tapi tidak semuanya wajah baru karena tak sedikit tokoh lama, petahana ikut berkompetisi. Jika petahana menang, jabatan baru, tapi orang lama ,” kata Heri.
“Nggak masalah tokoh lama atau benar – benar baru. Yang penting kebijakannya pro rakyat. Menjadi kepala daerah yang benar- benar mengabdi untuk daerahnya, memajukan daerahnya, mensejahterakan warganya,” kata Yudi.
“Seperti slogan mantan gubernur DKI, Anies Baswedan. Maju kotanya, bahagia warganya,” kata Heri.
“Ya, mirip – mirip sih. Tetapi benar juga sih, kalau daerahnya maju dan bekembang, tetapi warganya tidak merasa bahagia, lantas buat apa,” jelas Yudi.
“Setuju kalau daerahnya maju dan berkembang, tetapi banyak warganya yang hidupnya sengsara, banyak yang miskin, masih susah cari kerja, ya percuma saja dong,” kata Heri.
“Ukuran bahagia itu relatif., bahkan ada yang mengatakan bahagia itu sederhana, yang rumit pikiran kita. Bahagia itu mudah, yang sulit maunya kita.
Bahagia itu murah, yang mahal itu gengsi kita,” jelas mas Bro.
“Itu kalimat motivasi dan inspiratif agar hidup kita tidak ngoyo. Hidup sudah serba kecukupan, malah berlebih , tetapi masih merasa kurang akhirnya mencari segala cara untuk memenuhi ambisinya,” kata Yudi.
“Kalau caranya baik dan benar, nggak masalah. Yang repot, jika menghalalkan segala cara, termasuk menyalahgunakan wewenang, melanggar aturan, korupsi\ untuk memenuhi ambisinya memenangkan pilkada,” kata mas Bro.
“Terus untuk bahagia bagi warga Jakarta, menurut kalian gimana?,” tanya Yudi.
“Ukuran bahagia warga Jakarta, lebih selektif dan variatif. Bukan hanya di sektor ekonomi,juga sosial politik dan sosial keamanan, serta menyangkut masalah lingkungan beserta segala aksesnya,” kata mas Bro.
“Kebutuhan warga Jakarta bukan soal tingkat kesejahteraan, juga fasilitas kesehatan, pendidikan, dan transportasi,” tambah Yudi.
“ Boleh jadi hidup berkecukupan secara ekonomi, tetapi setiap hari terkena macet, yang ada bukan bahagia, tetapi stres. Belum lagi soal polusi udara, dan banjir, kebutuhan air bersih,” urai mas Bro.
“Semakin maju kotanya, kian tinggi dan kompleks tuntutan warganya.Ini yang harus diantisipasi oleh para calon gubernur dalam menjual gagasan,” kata Heri.
“Ingat, masa tenang nggak boleh kampanye, apalagi pakai jual beli suara segala. Mari kita ciptakan ketenangan bersama, tenang dalam menentukan pilihan tanpa hasutan, paksaan dan imbalan,” kata mas Bro. (Joko Lestari).
Dapatkan berita serta informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.