Kena Gusur Proyek, Warga Bantaran Kali Ciliwung Ogah Tinggal di Rusun

Jumat 22 Nov 2024, 18:40 WIB
Aktivitas pekerja dan warga proyek normalisasi Kali Ciliwung di kawasan Rawajati, Pancoran, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat, 22 November 2024. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Aktivitas pekerja dan warga proyek normalisasi Kali Ciliwung di kawasan Rawajati, Pancoran, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat, 22 November 2024. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

POSKOTA.CO.ID - Aktivitas warga bantaran Kali Ciliwung di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, tampak normal meski harus beradaptasi dengan proyek pembangunan jalan.

Pantauan di lokasi, warga tengah guyub di sebuah warung di taman yang berada tepat di bawah jalan flyover.

Tepat di samping warung, aliran Kali Ciliwung dengan air berwarna kecoklatan tampak mengalir. Beberapa warga bahkan tengah asik memancing ikan.

Di sebelah permukiman warga yang telah tergusur, proyek pembangunan jalan masih berlangsung. Kondisi di lokasi dipenuhi tanah berlumpur sebab sehabis diguyur hujan.

Salah satu korban penggusuran, Wati (58) mengatakan, dirinya beruntung mendapatkan kompensaai berupa uang dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

"Dikasih kompensasi duit, terus duitnya buat beli rumah lagi. Cuma saya belinya di Depok. Karena saya kan warisan, kalau yang gak warisan dapatnya lebih gede," kata Wati kepada Poskota di lokasi, Jumat, 22 November 2024.

Ibu rumah tangga dengan tiga anak ini mengatakan, dirinya sempat khawatir saat mengetahui rumah warisan orang tuanya tersebut akan digusur karena dampak proyek pembangunan.

Yang dikhawatirkan Wati yaitu dirinya tidak bisa lagi mendapatkan tanah. Sebab saat awal, ia mendapat informasi jika warga terdampak gusuran akan dipindah ke rumah susun (rusun).

"Gak (protes), daripada dapat rumah susun ya kan. Kalau rumah susun gak mau, gak punya tanah. Ibu pengennya beli tanah lagi," ungkapnya.

Wati berujar jika dirinya tidak mau tinggal di rusun lantaran ingin memiliki tanah sebagai pengganti rumah warisannya yang terdampak gusuran.

"Kan dulu ada yang bilang dapat rusun, ada yang bilang dapat duit, nah resahnya di situ," ucapnya.

Terganggu Aktivitas Proyek

Hal berbeda justru dirasakan warga lain yaitu pasangan suami istri bernama Irfan Apriyandi (48) dan Mislawati (25). Rumahnya yang sederhana tepat berada di samping proyek pembangunan tersebut tidak terdampak.

Namun Wati merasa terganggu dengan aktivitas proyek pembangunan. Apalagi dirinya baru saja melahirkan.

"Kalau malam itu keganggu banget, karena berisik kan," kata Mislawati.

Suaminya, Irfan mengatakan aktivitas proyek pembangunan jalan itu juga menyebabkan bagian dekat atap rumahnya retak. Dirinya sempat berunding dengan pihak terkait soal masalah tersebut.

Hanya saja, upaya Irfan yang ingin mendapatkan kompensasi sampai sekarang tidak terealisasi. Padahal pria yang sehari-hari bekerja serabutan itu mengaku merasa dirugikan.

"Dulu pernah berunding, saya langsung to the point aja kalau saya minta ganti materil aja, jadi saya nanti yang benerin sendiri. Tapi sampai sekarang gak ada tindak lanjut," ungkapnya.

Irfan dan keluarga mengaku tidak mau pindah lantaran rumah tersebut merupakan warisan orang tua. Sejauh ini ia mengaku nyaman tinggal di rumah tersebut.

"Gak mau pindah karena rumah ini warisan orang tua," tandasnya.

Rumah Irfan tampak persis di samping proyek pembangunan jalan. Ia dan keluarga suka merasa terganggu, apalagi aktivitasnya tidak bisa ditebak.

"Kadang tau-tau datang mobil beko, nah itu kan gede ya, suaranya juga kenceng banget kalau lagi aktivitas," tandasnya. 

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

News Update