Ilustrasi. Berikut ini adalah cara mengatasi DBD sekaligus penjelasan hasil studi ilmiahnya. (Freepik/macrovector)

Kesehatan

Jangan Anggap Sepele! Begini Cara Atasi DBD, Simak Penjelasan Hasil Studi Ilmiahnya

Minggu 17 Nov 2024, 18:20 WIB

POSKOTA.CO.ID - DBD (Demam Berdarah Dengue) semakin marak terlebih jika sudah memasuki musim hukan.

Penyakit yang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini tentu perlu diwaspadai.

Di Indonesia sudah tercatat banyak kasus DBD terlebih pada musim hujan.

Namun rupanya, tak sedikit orang yang belum memahami cara mengatassinya.

Padahal jika dibiarkan, penyakit DBD ini bisa mematikan. Sehingga, tidak boleh dianggap sepele.

Adapun gejala utama dari DBD meliputi demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang mata, ruam kulit, nyeri sendi dan otot, serta pendarahan seperti mimisan atau perdarahan gusi. 

Pada kasus yang lebih parah, DBD bisa menyebabkan komplikasi berupa kebocoran cairan tubuh yang bisa berujung pada syok atau bahkan kematian.

Berikut ini adlaah cara mentatasi DBD yang perlu diketahui.

Cara Mengatasi DBD

Mengatasi DBD dapat dibagi menjadi dua aspek utama: penanganan medis bagi yang terinfeksi dan pencegahan untuk menghindari penularan lebih lanjut.

Pencegahan DBD

Pencegahan DBD melibatkan pengendalian vektor (nyamuk) dan proteksi individu. Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil antara lain:

a. Pengendalian Habitat Nyamuk Aedes: Nyamuk Aedes berkembang biak di genangan air bersih, sehingga penting untuk:

Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan kaleng.

Menutup rapat tempat-tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat bertelur.

Memanfaatkan larvasida untuk membunuh jentik nyamuk.

Melakukan pengasapan (fogging) di area yang banyak terdapat jentik nyamuk.

b. Penggunaan Kelambu dan Obat Nyamuk: Pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan:

Menggunakan kelambu saat tidur, terutama untuk bayi dan balita.

Menggunakan obat anti-nyamuk baik berupa lotion atau semprotan.

Memakai pakaian panjang untuk melindungi tubuh dari gigitan nyamuk.

c. Edukasi Masyarakat: Menurut studi oleh Sulaiman et al. (2018), edukasi masyarakat sangat penting dalam pencegahan DBD. 

Kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan cara-cara untuk menghindari kontak dengan nyamuk sangat efektif dalam menurunkan angka kejadian DBD.

d. Pengembangan Vaksin Dengue: Vaksinasi dengue juga menjadi salah satu langkah pencegahan yang menjanjikan. 

Vaksin Dengvaxia yang dikembangkan oleh Sanofi Pasteur adalah vaksin pertama yang disetujui di beberapa negara untuk pencegahan DBD. 

Namun, penggunaannya terbatas pada individu yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya, karena risiko efek samping pada individu yang belum terinfeksi.

Penanganan Medis untuk Pasien DBD

Penanganan medis terhadap DBD bergantung pada tingkat keparahan penyakit. 

DBD dibagi menjadi tiga kategori utama: demam dengue (DD), demam berdarah dengue tanpa komplikasi, dan demam berdarah dengue dengan komplikasi.

Demam Dengue (DD): Biasanya, pasien dengan demam dengue ringan dapat sembuh dengan perawatan suportif, yaitu pemberian cairan yang cukup dan pengendalian gejala seperti demam dan nyeri.

DBD Tanpa Komplikasi: Pasien yang menunjukkan gejala perdarahan ringan (misalnya, ruam petechial atau perdarahan gusi) memerlukan pengawasan ketat, asupan cairan yang cukup, dan pemantauan status perdarahan.

DBD dengan Komplikasi (Shock Dengue): Pada kondisi yang lebih parah, terutama dengan syok atau kebocoran cairan tubuh yang masif, pasien memerlukan penanganan intensif di rumah sakit, seperti pemberian cairan intravena (IV) dan transfusi darah jika diperlukan.

Pengelolaan Cairan: Studi ilmiah yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa pengelolaan cairan yang tepat sangat penting dalam penanganan DBD. 

Penurunan volume darah dan kebocoran cairan dari pembuluh darah menjadi masalah utama pada pasien DBD berat, yang menyebabkan syok. 

Oleh karena itu, pemantauan ketat dan pemberian cairan IV dengan formula yang tepat, seperti Ringer laktat, sangat dibutuhkan.

Transfusi Darah: Menurut studi oleh Sriwijaya et al. (2016), transfusi darah mungkin diperlukan pada pasien DBD yang mengalami perdarahan hebat atau trombositopenia parah (jumlah trombosit sangat rendah). 

Namun, transfusi harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat potensi efek samping dan komplikasi yang dapat ditimbulkan.

Studi Ilmiah Tentang DBD

Penelitian terbaru telah memberikan wawasan baru dalam pengelolaan dan pencegahan DBD. Beberapa temuan menarik dari studi ilmiah adalah:

Keterlibatan Genetik dalam Kerentanannya: Penelitian oleh Alam et al. 
(2020) menunjukkan bahwa faktor genetik, seperti varian genetik pada sistem kekebalan tubuh, dapat memengaruhi kerentanannya terhadap infeksi dengue dan perkembangan penyakit menjadi lebih parah. 

Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan terapi yang lebih personal dan tepat sasaran.

Pemanfaatan Teknologi untuk Pemantauan Vektor Nyamuk: Teknologi sensor dan pemantauan berbasis internet of things (IoT) telah digunakan untuk memantau populasi nyamuk Aedes secara real-time. 

Studi oleh Wang et al. (2019) mengungkapkan bahwa penggunaan perangkat berbasis AI dapat membantu dalam prediksi dan pemetaan potensi wabah DBD dengan akurasi yang tinggi, sehingga langkah pencegahan bisa dilakukan lebih dini.

Peran Mikrobioma Usus dalam DBD: Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikrobioma usus manusia berperan penting dalam respons imun terhadap infeksi dengue. 

Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Infectious Diseases (2022) mengungkapkan bahwa komposisi mikrobioma usus dapat mempengaruhi keparahan penyakit DBD. 

Hal ini membuka kemungkinan untuk pendekatan baru dalam terapi DBD berbasis modulasi mikrobioma.

Itulah penjelasan terkait cara mengatasi DBD beserta hasil studi ilmiahnya yang bisa dipahami agar lebih waspada. (*)

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

Tags:
DBDDemam Berdarah DengueCara Mengatasigejalapencegahanstudi ilmiah

Rinrin Rindawati

Reporter

Rinrin Rindawati

Editor