Survei elektabilitas kandidat pejabat yang hendak ikut kontestasi pemilu, hal lazim dilakukan. Tren dukungan publik dapat terpantau dari hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei secara periodik.
“Intinya survei itu untuk mengetahui persepsi publik terhadap elektabilitas calon pejabat publik, baik sebagai bakal calon atau setelah ditetapkan sebagai calon kepala daerah,” kata mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, bung Heri dan bang Yudi.
“Hasil survei setiap lembaga bisa berbeda nggak?,” tanya Heri.
“Sangat mungkin berbeda, kalau semuanya sama namanya kor dong ,” ujar Yudi.
“Hasil survei antara lembaga yang satu dengan lainnya dapat berbeda karena beda waktu, dan tempat, responden dan topik yang disurvei,” kata mas Bro.
“Tapi kalau semuanya sama, metodanya sama, daerahnya sama, sebut saja elektabilitas paslon Gubernur – Wagub Jakarta, apakah masing – masing lembaga survei hasilnya akan sama?,” tanya Heri.
“Sama persis sih nggak, namun gambaran umum persepsi publik hasilnya mendekati kesamaan. Kalau pun beda, hanya perbedaan kecil persentasenya saja. Tapi umumnya tidak njomplang, apalagi bertolak belakang,” ujar mas Bro.
“Nah, kalau njomplang gimana,” kata Yudi.
“Itu yang patut dicermati, ada ahlinya yang akan melakukan penilaian terhadap lembaga survei dimaksud,” ujar mas Bro.
Seperti diketahui, Tim Dewan Etik Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) menyoroti hasil survei yang dirilis oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Poltracking terkait elektabilitas paslon di Pilkada Jakarta.
Kedua lembaga survei tersebut, mengumumkan hasil berbeda jauh meski diumumkan dalam tempo hanya berselang sehari. Poltracking merilis hasil survei Kamis, 24 Oktober 2024, LSI sehari sebelumnya. Waktu survei hampir bersamaan, metoda yang digunakan juga tak jauh beda. Yang beda, jumlah responden.
Hasilnya, LSI merilis pasangan Pramono – Rano unggul dengan angka 41,6 persen. Pasangan RK – Suswono 37,4 persen, sedangkan Dharma Pongrekun- Kun Wardana 6,6 persen.
Sementara Poltracking merilis pasangan RK- Suswono mendapatkan elektabilitas 51,6 persen, pasangan Pramono – Rano 36,4 persen, sedangkan Dharma Pongrekun – Kun Wardana 3,9 persen.
“Ada angka elektabilitas yang terpaut jauh, kok bisa beda jauh ya” kata Heri.
“ Kalau dibilang bisa, ya bisa. Nyatanya bisa. Yang jelas dalam soal ini, ada pihak yang lebih berwenang untuk menilai dan melakukan evaluasi. Kita tunggu saja, “ kata mas Bro. (Joko Lestari)