POSKOTA.CO.ID - Kebutuhan pupuk kimia bersubsidi hingga saat ini masih sangat dibutuhkan oleh para petani. Sejauh ini ketersediaan pupuk kimia tersebut terbilang susah untuk mendapatkannya. Sehingga sangat berpengaruh terhadap produksi beberapa jenis tanaman pertanian.
Saat ini, petani di Kampung Citeureup, Desa Girimukti, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat berinovasi membuat pupuk sendiri dalam wadah "Rumah Hayati".
Ketua Rumah Hayati, Acep Rukmana (37) mengatakan, ada dua gabungan kelompok tani (gapoktan) yang terlibat dalam proses inovatif tersebut.
"Mereka kebanyakan petani sayuran yang sudah punya segudang pengalaman," kata Acep, Senin, 21 Oktober 2024.
Dia menjelaskan, awal mula bergerak memproduksi pupuk sendiri ini lantaran banyaknya keluhan yang dirasakan oleh petani.
"Pupuk kimia bersubsidi itu selain susah, harganya pun terbilang mahal," ucapnya.
Acep menyebut pupuk yang mereka produksi merupakan pupuk cair organik dari bahan baku hayati.
"Di antaranya tumbuhan seperti eceng gondok, rebung bambu, hingga umbi-umbian," ujarnya.
Untuk bahan bakunya, lanjut dia, kebanyakan berasal dari tumbuhan karena pupuk cair organik hayati.
"Jadi semua bahan-bahan itu, seperti eceng (gondok), rebung, dan umbi-umbian kita kumpulkan, kita chopping (dicacah), dimasukkan ke drum lalu difermentasi," ungkapnya.
Setelah difermentasi selama sepekan, baru ditambahkan bakteri yang dibeli dari laboratorium atau toko bahan kimia.
"Nah, bakteri itu bakal meningkatkan keampuhan cairan fermentasi terhadap tumbuh kembang tanaman," katanya.
Untuk hasilnya sendiri, sangat berbeda. Biasanya dari segi kuantitas produksi pertanian, penggunaan pupuk cair organik lebih baik.
"Misalnya sayuran yang panen setahun 10 kali kalau pakai pupuk kimia, kalau pakai yang organik bisa 12 kali. Dari rasa juga lebih enak yang organik," tuturnya.
Menurutnya, dalam inovasi tersebut, Rumah Hayati sudah melakukan perbandingan. Contohnya, mereka membangun sebuah demplot atau lahan percontohan untuk membandingkan proses penanaman dengan pupuk kimia dan pupuk cair organik.
"Makanya sekarang kita merambah ke produksi massal lalu kita jual ke petani lain se Bandung Barat karena niatnya kan membantu mengatasi kesulitan pupuk," ujarnya.
"Awal-awal kita sebulan itu cuma bisa produksi 200 liter, alhamdulillah sekarang bisa sampai 600 liter. Tapi kalau harga kita enggak bisa bilang, yang pasti lebih terjangkau daripada pupuk kimia," tambahnya.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.