Serangan militer Israel berikutnya ke Gaza telah menewaskan hampir 42.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Perang di daerah kantong yang terkepung itu telah mengungsikan hampir seluruh dari 2,3 juta penduduknya, yang telah menjadi sasaran kelaparan dan penyakit yang meluas.
Hal inilah yang menyebabkan tuduhan genosida terhadap Israel oleh beberapa negara di International Criminal Court (ICC), atau Mahkamah Kriminal Internasional.
Polisi Serang Pengunjuk Rasa di Roma
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di ibu kota Italia, Roma, saat demonstrasi mereka berubah menjadi kekerasan.
Padahal, ribuan orang berdemonstrasi dengan damai pada Sabtu 5 Oktober 2024 sore waktu setempat, sambil meneriakkan "Bebaskan Palestina, Bebaskan Lebanon!".
Mereka melambaikan bendera Palestina dan memegang spanduk yang menyerukan penghentian segera konflik tersebut.
Unjuk rasa itu berlangsung tenang hingga sekelompok kecil mencoba mendorong ke arah pusat kota, meskipun ada larangan dari otoritas setempat yang menolaknya dengan alasan masalah keamanan.
Beberapa pengunjuk rasa, berpakaian hitam dan dengan wajah tertutup, melemparkan batu, botol, dan bom kertas ke arah polisi, yang ditanggapi dengan gas air mata dan meriam air.
Setidaknya 30 petugas penegak hukum dan tiga demonstran terluka dalam bentrokan tersebut, media lokal melaporkan.
Sebut Pemerintah Hanya Basa-basi
Sekitar 40.000 demonstran pro-Palestina berbaris melalui pusat kota London pada Sabtu kemarin, yang membuatnya sebagai salah satu aksi demonstrasi terbesar dalam setahun.
"Sayangnya, terlepas dari semua niat baik kami, pemerintah Israel tidak memperhatikan, dan mereka terus melanjutkan kekejaman mereka di Gaza, sekarang juga di Lebanon dan Yaman, dan mungkin juga di Iran," Agnes Kory, seorang pengunjuk rasa di London, kepada Reuters.
"Dan pemerintah kami, pemerintah Inggris kami, sayangnya hanya sekadar basa-basi dan terus memasok senjata ke Israel," tambahnya.