Serangan Iran Terhadap Israel di Depan Mata, Jubir Kemenlu Teheran Bilang Begini

Rabu 07 Agu 2024, 18:23 WIB
Ribuan pejuang baru telah bergabung dengan Poros Perlawanan untuk mendukung pembebasan Palestina dari penjajahan Israel. (X/Twitter/@IranObserver0)

Ribuan pejuang baru telah bergabung dengan Poros Perlawanan untuk mendukung pembebasan Palestina dari penjajahan Israel. (X/Twitter/@IranObserver0)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Serangan Iran terhadap Israel di depan mata. Ketegangan di Timur Tengah telah mencapai puncaknya sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Pembunuhan Kepala Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, serta tokoh utama Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, telah mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh kawasan. 

Kemungkinan bahwa Iran akan menanggapi dengan serangan terhadap Israel yang bisa memulai perang regional semakin menguat.

Israel secara luas diyakini berada di balik pembunuhan Haniyeh dan telah mengklaim pembunuhan Shukr. 

Setelah serangan brutal selama berbulan-bulan di Gaza yang menewaskan hampir 40.000 warga Palestina, serta eskalasi sebelumnya terhadap Iran dan sekutunya Hizbullah di Lebanon, ketakutan akan kemungkinan terburuk terus meningkat. 

Ada kekhawatiran bahwa Lebanon, khususnya, bisa menjadi target jika konflik berkepanjangan terjadi.

Hampir seminggu telah berlalu sejak Haniyeh dan Shukr terbunuh, namun belum ada serangan besar terhadap Israel. 

Respons Iran

Para diplomat bergegas ke seluruh wilayah untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Iran bersikeras akan memberikan respons. 

Dikutip dari Aljazeera, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan bahwa stabilitas regional hanya bisa dicapai dengan "menghukum agresor dan menciptakan pencegahan terhadap petualangan rezim Zionis".

Lalu, seperti apa respons Iran? Apakah akan menjadi upaya terukur yang diperhitungkan untuk menghindari perang regional, seperti respons terakhir mereka terhadap serangan Israel pada bulan April? 

Atau apakah serangan terbaru ini memerlukan respons yang lebih kuat, meskipun berisiko memicu konflik lebih luas di kawasan Timur Tengah?

Berita Terkait
News Update