Ilustrasi. Studi ilmiah ungkap sering lupa dan merasa sedih bisa picu depresi. (Freepik)

Kesehatan

Studi Ungkap Sering Lupa dan Merasa Sedih Bisa Picu Depresi? Cek Penjelasan Ilmiahnya

Jumat 27 Sep 2024, 18:26 WIB

POSKOTA.CO.ID - Lupa dan merasa sedih merupakan hal yang normal, bisa terjadi kepada siapa pun dan usia berapa pun.

Akan tetapi, jika sering merasakan hal tersebut konon akan berpengaruh pada kesehatan mental.

Disebut-sebut bahwa sering lupa dan merasa sehih akan memicu depresi. Terlebih bagi kelompok dewasa tua atau lanjut usia.

Bukan hanya picu siklus depresi, kondisi itu jika berlangsung dalam jangka panjang juga bisa memicu penurunan kognitif.

SMenurut sebuah penelitian yang dipublikasikan JAMA Network Open menunjukkan hubungan yang mengejutkan antara gejala depresi dan kehilangan memori, yang menunjukkan bahwa kedua kondisi ini dapat saling memicu satu sama lain dari waktu ke waktu.

Temuan ini menunjukkan bahwa mengidentifikasi dan mengobati depresi sejak dini dapat menjadi kunci untuk melindungi kesehatan otak dan menjaga daya ingat di tahun-tahun berikutnya.

"Studi kami menunjukkan bahwa hubungan antara depresi dan daya ingat yang buruk terjadi dua arah," kata dr Dorina Cadar dari University College London seperti dikutip dari Study Finds.

"Gejala depresi mendahului penurunan daya ingat, dan penurunan daya ingat terkait dengan gejala depresi berikutnya," lanjutnya.

Dalam penelitian yang mengungkap hubungan kompleks antara suasana hati dan memori, para peneliti dari University College London dan Brighton and Sussex Medical School menganalisis data dari lebih dari 8.000 partisipan.

Partisipan rata-rata berusia di atas 50 tahun dari English Longitudinal Study of Aging. 

Mereka diikutsertakan selama 16 tahun, menjalani penilaian rutin terhadap daya ingat, kefasihan verbal, dan gejala depresi.

Dengan menggunakan teknik pemodelan statistik yang canggih, para peneliti meneliti apakah gejala depresi dan kinerja kognitif saling mempengaruhi dari waktu ke waktu.

Mereka melihat hubungan langsung dan efek timbal balik jangka panjang sambil mengendalikan berbagai faktor demografi, kesehatan, dan gaya hidup.

Hasilnya memberikan gambaran yang mencolok tentang bagaimana gejala depresi dan penurunan daya ingat saling terkait. 

Pada titik waktu tertentu, individu dengan gejala depresi yang lebih parah cenderung memiliki kinerja yang lebih buruk pada tes memori dan kefasihan verbal. Namun, hubungan tersebut tidak berhenti sampai di situ.

Selama penelitian, orang-orang yang awalnya memiliki gejala depresi lebih parah mengalami tingkat kehilangan memori yang lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang memiliki lebih sedikit gejala.

Pada gilirannya, fungsi memori awal yang lebih buruk memprediksi peningkatan yang lebih besar dalam gejala depresi dari waktu ke waktu. 

Hal ini menunjukkan adanya 'lingkaran setan' di mana depresi mempercepat penurunan daya ingat, yang kemudian memperburuk gejala suasana hati.

Jika anda merasa hal demikian dan muncul ketidaknyamanan, maka segera konsultasi ke psikolog atau psikiater agar dapat dibantu dengan penanganan yang tepat. (*)

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

Tags:
Kesehatan-Mentalsering lupadepresipenurunan kognitifstudiilmiahmerasa sedih

Rinrin Rindawati

Reporter

Rinrin Rindawati

Editor