“Nasinya enak Yu, rasanya pulen,” kata Heri mengawali obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi, di warteg langganan.
“Nasi itu utama mas, jadi harus enak. Walaupun cuma lauk tempe tahu pun rasanya tetap nikmat,” jawab Ayu Bahari, pedagang warteg.
“Tapi ini beras lokal kan Yu, bukan beras impor?,” tanya Heri lagi.
“Nggak lah mas, saya lebih memilih beras lokal, selain lebih pulen harganya juga terjangkau. Nasi yang saya hidangkan ini dari beras Rojolele,” jelas Ayu.
“Ngapain kamu menyinggung beras impor, memangnya kamu suka atau gimana?,” tanya Yudi.
“Bukan soal suka dan tidak suka, tetapi sekarang lagi heboh soal beras impor,” kata Heri.
“Oh maksudnya soal desakan dibentuknya Pansus DPR terkait isu dugaan mark up harga beras impor,” kata Yudi.
Seperti diberitakan, sejumlah anggota DPR mendorong pembentukan panitia khusus (pansus) guna mengklarifikasi dan menemukan titik terang atas dugaan mark up impor 2,2 juta ton beras.
Sebelumnya, Studi Demokrat Rakyat (SDR) melaporan Perum Bulog dan Bapanas kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu (3/7/2024) atas dugaan penggelembungan harga beras impor.
Atas laporan tersebut, pihak Bulog dan Bapanas pun telah memberikan klarifikasi dan penjelasan.
Bapanas mengatakan bahwa apa yang dijalankan sudah sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagaimana ditentukan undang – undang. Sementara Perum Bulog mengklaim telah menjadi korban tuduhan dugaan mark up.
Sedangkan DPR mewacanakan pansus agar semuanya menjadi klir.
“Betul juga kalau sudah klir, semuanya jadi enak,” kata Heri.
“Jika ada penggelembungan, selanjutnya gimana. Jika tidak terbukti, juga perlu ada penjelasan rinci,” tambah Yudi.
“Ke depan bagaimana memperbaiki tata kelola pengadaan pangan di tanah air. Utamanya mewujudkan kedaulatan pangan, sehingga tidak ada lagi impor beras,” tambah mas Bro.
“Itu yang lebih penting. Mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan, utamanya beras sebagai makanan pokok rakyat kita,” kata Heri.
“Kemandirian pangan tidak saja soal beras, juga beragam pangan yang lain agar tidak lagi ketergantungan dengan negara lain. Jangan kurang beras impor, kurang kedelai impor, kurang garam pun impor,” kata mas Bro. (Joko Lestari).