JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Jerawat adalah kondisi peradangan kulit yang sangat umum yang menyerang kebanyakan orang.
Baik jerawat kecil atau besar, kamu mungkin bertanya-tanya apa yang dapat dilakukan untuk menghentikan munculnya benjolan merah yang kadang menyakitkan itu.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan jerawat, seperti hormon, genetika, lingkungan, produk kulit, obat-obatan, dan kondisi kesehatan tertentu. Apa yang kamu makan mungkin juga berperan.
Perawatan terbaik untuk jerawat bergantung pada sejumlah faktor, karena terkadang memerlukan kerja sama dengan profesional kesehatan seperti dokter kulit untuk mengatasinya.
Mitos Jerawat
Berikut ini adalah lima mitos tentang jerawat yang terbantahkan oleh sains, sehingga tidak usah dipercaya lagi.
1. Mitos Jerawat Pertama: Hanya Dialami Remaja
Jika kamu mengalami jerawat saat usia orang dewasa, kamu tidak sendirian. Sebab sebenarnya jerawat terjadi saat hormon berubah.
Hormon tertentu menyebabkan peningkatan sebum (minyak di kelenjar kulit), serta peningkatan pertumbuhan sel kulit. Keduanya dikombinasikan dengan penumpukan sel kulit, menyebabkan jerawat.
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa 50% orang berusia 20–29 tahun, 35% orang berusia 30–39 tahun, 26% orang berusia 40-49 tahun, dan 15% orang berusia 50 tahun ke atas mengalami jerawat.
Jerawat pada orang dewasa dapat disebabkan oleh hormon dan kelainan endokrin, genetika, stres, penggunaan kosmetik, penggunaan tembakau, pola makan, dan obat-obatan tertentu, dan lainnya.
2. Mitos Jerawat Kedua: Cokelat Tidak Baik Bagi Kulit
Penelitian kecil menemukan bahwa mengonsumsi coklat memiliki hubungan yang lebih besar dengan jerawat dibanding mengonsumsi jelly beans, namun tidak menjadi asalah coklat menyebabkan jerawat.
Hal ini terutama benar karena penelitian lain tidak menunjukkan hubungan sama sekali antara mengonsumsi coklat atau produk yang mengandung coklat dan timbulnya jerawat.
Salah satu alasannya adalah karena coklat mengandung bahan-bahan seperti gula dan susu, yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi kulit pada beberapa orang.
Penelitian tidak mendukung hipotesis bahwa coklat menyebabkan jerawat. Namun jika merasa jerawat semakin meningkat setelah makan coklat, pertimbangkan untuk beralih ke coklat hitam.
3. Mitos Jerawat Ketiga: Produk Susu Jadi Penyebab
Sudah lama ada kontroversi mengenai apakah mengonsumsi produk susu menyebabkan jerawat, dan penelitian masih terus bermunculan.
Jillian Greaves, MPH, RD, LDN, ahli diet integratif dan fungsional mengatakan, diduga jenis produk susu tertentu dapat menyebabkan jerawat.
“Hal ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan sekresi insulin dan kadar IGF-1 dari produk susu, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon androgen dan produksi sebum,” katanya.
Jadi, meskipun produk susu mungkin menjadi masalah bagi sebagian orang, kaitannya dengan jerawat tidak sesederhana yang sering dibayangkan orang.
4. Mitos Jerawat Keempat: Makanan Berminyak Sebabkan Jerawat
Jika jerawat disebabkan oleh produksi minyak berlebih di kelenjar sebaceous, maka mengonsumsi makanan berminyak pasti menambah jerawat bukan?
Ini tidak sesederhana itu, tapi mitosnya masih ada. Dalam sebuah survei terhadap penderita jerawat, 71% mengatakan mereka mengira makanan berminyak dan gorengan menyebabkan jerawat.
Faktanya, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa makanan berminyak atau gorengan menyebabkan jerawat atau memperburuknya.
Jika kamu makan makanan berminyak dengan tangan lalu menyentuh wajah, minyak dari makanan dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat. Pastikan untuk mencuci tangan sebelumnya.
5. Mitos Jerwat Kelima: Kurangi Gluten
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara gluten dan jerawat atau bahwa berhenti mengonsumsi gluten akan menghilangkan jerawat.
Diet bebas gluten mungkin sulit untuk diikuti, dan jika tidak perlu, dapat meningkatkan stres. Karena stres mungkin ada hubungannya dengan jerawat, hal ini justru dapat memperburuk jerawat.
“Pembatasan pola makan yang tidak strategis dalam jangka panjang dapat mengakibatkan stres dan kekurangan nutrisi yang dapat memperburuk jerawat,” jelasnya.
Selain itu, menghindari gluten tanpa alasan medis dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, pikiran obsesif tentang makanan, dan gangguan makan seperti orthorexia nervosa.