JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Ada banyak mitos mengenai keberadaan jerawat yang dirasakan oleh seseorang, namun sayangnya hal tersebut banyak dipercaya.
Jerawat adalah kondisi peradangan kulit yang sangat umum, yang akan menyerang kebanyakan orang pada suatu saat.
Baik sesekali berjerawat atau mengalami jerawat besar, kamu mungkin bertanya-tanya apa yang dapat dilakukan untuk menghentikan munculnya benjolan merah dan terkadang menyakitkan tersebut.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan jerawat, termasuk hormon, genetika, lingkungan, produk kulit, obat-obatan, dan kondisi kesehatan tertentu. Apa yang kamu makan mungkin juga berperan.
Perawatan terbaik untuk jerawat bergantung pada sejumlah faktor individu, dan terkadang memerlukan kerja sama dengan profesional kesehatan seperti dokter kulit.
Namun dengan pencarian cepat di internet, kamu akan menemukan banyak cara yang disarankan untuk mencoba menyembuhkan jerawat. Namun banyak di antaranya tidak didukung oleh ilmu sain.
Artikel yang dilansir dari Healthline ini akan menguraikan tiga mitos jerawat yang akhirnya tak usah lagi dipercaya.
Mitos Jerawat 1: Hanya Remaja yang Berjerawat
Jika kamu masih mengalami jerawat saat dewasa, kamu tidak sendirian. Sebenarnya, jerawat terjadi saat hormon berubah.
Hormon tertentu menyebabkan peningkatan sebum (minyak di kelenjar kulit), serta peningkatan pertumbuhan sel kulit.
Kedua faktor ini yang jika dikombinasikan dengan penumpukan sel kulit tua, akhirnya akan menyebabkan jerawat.
Bagi banyak orang, jerawat mencapai puncaknya selama masa pubertas, tetapi dapat berlanjut hingga masa dewasa yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai jerawat persisten.
Beberapa orang memiliki jerawat yang timbul lambat, atau jerawat yang muncul setelah usia 25 tahun, meskipun hal ini mungkin lebih jarang terjadi.
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa 50% orang berusia 20–29 tahun, 35% orang berusia 30–39 tahun, 26% orang berusia 40-49 tahun, dan 15% orang berusia 50 tahun ke atas mengalami jerawat.
Jerawat pada orang dewasa dapat disebabkan oleh hormon dan kelainan endokrin, genetika, stres, penggunaan kosmetik, penggunaan tembakau, pola makan, dan obat-obatan tertentu, serta faktor lainnya.
Mitos 2: Cokelat Buruk Bagi Kulit
Kamu mungkin tidak perlu berhenti mengonsumsi coklat untuk menghindari jerawat. Penelitian tentang apakah coklat menyebabkan atau memperburuk jerawat masih bertentangan.
Sebuah penelitian kecil terhadap mahasiswa menemukan bahwa mengonsumsi coklat memiliki hubungan yang lebih besar dengan jerawat dibandingkan mengonsumsi jelly beans.
Penelitian lain tidak menunjukkan hubungan sama sekali antara mengonsumsi coklat atau produk yang mengandung coklat dan timbulnya jerawat.
Salah satu alasannya adalah karena coklat mengandung bahan-bahan seperti gula dan susu, yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi kulit pada beberapa orang.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat olahan dan tambahan gula lebih mungkin mengalami jerawat dibandingkan mereka yang tidak.
Secara keseluruhan, penelitian tidak mendukung hipotesis bahwa coklat itu sendiri menyebabkan jerawat.
Mitos 3: Produk Susu Penyebab Jerawat
Jillian Greaves, MPH, RD, LDN, ahli diet integratif dan fungsional, mengatakan bahwa diduga jenis produk susu tertentu dapat menyebabkan jerawat.
“Hal ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan sekresi insulin dan kadar IGF-1 dari produk susu, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon androgen dan produksi sebum,” terangnya.
Banyak penelitian observasional yang melakukannya mengeksplorasi hubungan antara jerawat dan berbagai jenis produk susu, termasuk susu dengan berbagai kandungan lemak, keju, dan es krim.
Meta-analisis lain dari studi observasional menunjukkan adanya hubungan antara jerawat dan semua jenis susu, tetapi tidak dengan keju atau yogurt.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun penelitian observasional menunjukkan adanya korelasi (hubungan), data yang ada tidak cukup atau tidak cukup untuk menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Jadi, meskipun produk susu mungkin menjadi masalah bagi sebagian orang, kaitannya tidak sesederhana yang sering dibayangkan orang.
Jika kamu menyadari bahwa jerawat bertambah parah satu atau dua hari setelah mengonsumsi susu atau coklat, kamu mungkin ingin pergi ke ahli diet terdaftar.
Tentu untuk menghilangkan salah satu makanan tersebut dari diet untuk waktu yang terbatas dan melihat apakah jerawat kamu membaik.