JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Siapa yang belum pernah merasakan marah saat ini? Termasuk emosi negatif, rasa marah ternyata berpengaruh pada tubuh dan kesehatan loh.
Rasa marah dapat membuat kamu merasa panas bukan hanya pada saat merasakannya, namun juga terus memengaruhi kesehatan bahkan setelah kamu merasa sudah tenang.
Emosi yang intens ini telah dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti peradangan, masalah pencernaan, dan risiko serangan jantung yang lebih tinggi.
Bahkan, kemarahan yang singkat saja dapat merusak pembuluh darah hingga 40 menit, menurut sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of American Heart Association.
Dalam penelitian itu, tim peneliti mengacak 280 partisipan dewasa sehat ke dalam kelompok untuk mengamati efek kemarahan, kecemasan, dan kesedihan terhadap kesehatan pembuluh darah.
Hasilnya, rasa marah adalah satu-satunya emosi yang ditemukan secara signifikan dapat merusak fungsi pembuluh darah.
Melansir Verywell Health, Daichi Shimbo, MD, ahli jantung bersertifikat, profesor kedokteran di Columbia University Irving Medical Center memberikan penjelasannya.
“Jika Anda memicu kemarahan dibandingkan dengan kondisi netral, Anda sebenarnya dapat mengganggu kemampuan pembuluh darah untuk melebar,” katanya.
Saat rasa marah muncul, tubuh terangsang secara fisiologis dan bersiap untuk melawan. Kelenjar adrenal memompa hormon seperti adrenalin dan kortisol, yang meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.
Aliran darah beralih dari sistem yang tidak penting seperti pencernaan dan bergerak menuju otot-otot, dan mempersiapkan tubuh untuk merespons secara fisik.
Peningkatan aliran darah dan lonjakan hormon ini dapat meningkatkan suhu tubuh dan menyebabkan kamu berkeringat.
Biasanya, pembuluh darah akan melebar dan menyempit untuk mengatur aliran darah, namun fungsi ini bisa terganggu saat sedang marah.
Bagi kamu yang sering merasakan kemarahan, menurut Daichi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada fungsi pembuluh darah.
“Jika sudah kronis dan arteri Anda terganggu, itulah saatnya risiko penyakit jantung mulai meningkat,” jelasnya.
Meskipun berteriak, melampiaskan, atau berlari mungkin terasa menyenangkan, aktivitas yang ini bukanlah cara yang efektif untuk mengelola amarah, menurut meta-analisis baru-baru ini.
“Kebanyakan orang tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka marah,” kata Sophie L. Kjaervik, PhD, peneliti agresi di Virginia Commonwealth University dan penulis utama meta-analisis tersebut.
Daripada melampiaskannya, cobalah aktivitas yang dapat menurunkan tensi seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam, untuk membantu menenangkan diri.
“Kami menemukan bahwa menurunkan tensi secara konsisten efektif dalam mengurangi kemarahan karena menurunkan mode pertarungan tubuh, sehingga kemarahan Anda berkurang,” terangnya.
Bernard Golden, PhD, psikolog klinis berlisensi dan pendiri Anger Management Education di Chicago, menekankan pentingnya manajemen rasa marah.
“Manajemen kemarahan akan membantu mengurangi frekuensi, intensitas, dan durasi timbulnya ancaman, sehingga mengurangi dampak fisiologisnya,” tandasnya.
Bernard kemudian merekomendasikan untuk mencoba latihan pernapasan dalam dan lambat saat perlu menenangkan diri.
Caranya, tarik napas selama empat detik, buang napas selama enam detik, dan ulangi. “Laju pernapasan khusus ini terbukti memperlambat detak jantung,” katanya.
“Mempraktikkan latihan relaksasi, menenangkan diri dengan dialog penuh kasih, dan merefleksikan pikiran dan perasaan yang berkontribusi terhadap kemarahan juga dapat membantu mengelola emosi tersebut,” tambahnya.
Menurutnya, kemarahan adalah reaksi dan gangguan dari perasaan tidak nyaman lainnya seperti rasa bersalah, malu, tidak berdaya, penolakan, kesedihan, atau perasaan tidak mampu.