Kelompok Geng Bersenjata di Haiti Membebaskan 4.000 Narapidana dalam Pembobolan Massal

Senin 04 Mar 2024, 08:31 WIB
Kelompok Geng Bersenjata di Haiti Membebaskan 4.000 Narapidana dalam Pembobolan Massal (Foto: Unsplash)

Kelompok Geng Bersenjata di Haiti Membebaskan 4.000 Narapidana dalam Pembobolan Massal (Foto: Unsplash)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Melansir BBC Mews, Senin (4/3/2024), wartawan lokal Haiti melaporkan bahwa hakpir 4.000 narapidana yang ditahan di penjara negara tersebut berhasil melarikan diri.

Beberapa narapidana yang ditahan merupakan terdakwa atas pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021 lalu. 

Menurut catatan, kekerasan di Haiti, negara termiskin di Benua Amerika, semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Geng-geng bersenjata ingin menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry menguasai 80 persen ibu kota Port-au-Prince.

Peningkatan kekerasan terbaru dimulai pada hari Kamis(29/2/2024) ketika PM Henry melakukan perjalanan ke Nairobi untuk mendiskusikan pengiriman pasukan keamanan multinasional yang dipimpin oleh Kenya ke Haiti.

Hal tersebut menjadi kesempatan pemimpin geng Jimmy Cherizier atau biasa dijuluki Barbecue untuk menyerukan penggulingan PM Henry dengan membuat kekacauan di Port-au-Prince.

"Kami semua, kelompok-kelompok bersenjata di kota-kota provinsi dan kelompok-kelompok bersenjata di ibukota, bersatu," kata mantan perwira polisi itu yang kini menyandang status sebagai pemimpin geng.

Jimmy Cherizier sendiri diduga berada di balik beberapa pembantaian di Port-au-Prince.

Gelombang penembakan menyebabkan empat polisi tewas dan lima lainnya terluka pada Kamis. Kedutaan Besar Prancis di Haiti menyarankan agar tidak melakukan perjalanan di dalam dan sekitar ibukota.

Serikat polisi Haiti meminta militer untuk membantu memperkuat penjara, tetapi kompleks penjara diserbu pada Sabtu.

Sedangan, pintu-pintu penjara masih terbuka dan tidak ada tanda-tanda petugas pada Minggu. Tiga narapidana yang mencoba melarikan diri tergeletak mati di halaman, menurut sebuah laporan.

Seorang pekerja sukarela di penjara mengatakan bahwa sekitar 99 tahanan, termasuk mantan tentara Kolombia yang dihukum atas pembunuhan Presiden Moïse,  memilih untuk tetap berada di dalam sel karena mereka takut terbunuh dalam baku tembak.

Berita Terkait
News Update