“Tiga hari lagi kampanye pemilu akan berakhir. Menurut kalian bagaimana situasi kampanye kali ini?,” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Saya bukan analis kampanye pemilu, jadi no comment,” jawab Yudi.
“Suhu politik memanas, jelas, tetapi secara keseluruhan situasi kondusif. Kampanye pun lebih tertib. Kalau di sana sini terjadi gesekan, wajar, namanya juga pesta demokrasi,” jawab mas Bro lagaknya pengamat.
“Tetapi kampanye pemilu, katanya bagian dari pendidikan politik kepada rakyat, apakah aspek ini tercapai?,” tanya Heri.
“Kalau soal ini perlu kajian yang mendalam melibatkan sejumlah ahli, karenanya tak bisa saya jawab sendiri sekarang ini,” jawab mas Bro.
“Bilang saja nggak tahu, pakai alasan segala. Yang jelas, kalau atraksi politik para elite baik akan menciptakan kebaikan, sebaliknya jika perilakunya buruk, akan menyisakan teladan keburukan” sela Yudi.
“Apa kalian sudah punya calon yang bakal dipilih nanti?,” tanya Heri.
“Tau ah.. masih gelap,” jawab Yudi.
“Kalau kamu gimana Bro?,” tanya Heri beralih ke mas Bro.
“Masih menimbang- nimbang,” jawab mas Bro.
“Berarti masih jauh dari keputusan karena harus melewati dulu mengingat, memperhatikan, dan menetapkan” kata Heri.
“Kayak surat keputusan pengangkatan pejabat saja,” sela Yudi.
“Loh memberikan hak suara pada pemilu itu tak ubahnya kita memilih calon pemimpin bangsa dan negara. Memilih presiden dan wapres, memilih wakil kita di DPR/DPRD dan DPD,” kata mas Bro.
“Setuju Bro, tentu kita akan memilih yang terbaik,” ujar Heri.
“Itulah perlunya menimbang terlebih dahulu calon yang hendak kita pilih. Menimbang segi baik dan buruknya, kualitasnya. Bila perlu bobot, bibit dan bebetnya,” urai mas Bro.
“Lanjut Bro, jelaskan,” pinta kedua sohibnya.
Mengingat itu terkait dengan rekam jejaknya, reputasinya.Memperhatikan adalah melihat fakta terkini yang sedang dilakukan oleh kandidat dan yang akan diperbuat kemudian. Bisa juga ditambah dengan mendengar berbagai usulan yang berkembang dalam masyarakat. Saran dari mentor kita, orang tua kita, cerdik pandai.
“Setelah semuanya mantap di hati, baru memutuskan untuk menetapkan pilihan,” jelas mas Bro. (joko lestari).