Debat capres – cawapres masih dua kali lagi digelar sebelum hari pencoblosan. Beragam penilaian dilontarkan setelah mengamati tiga kali debat, tidak hanya soal materi, juga pola debat antar capres – cawapres.
Mencuat usulan agar format debat perlu diubah guna mencegah, setidaknya mengurangi peluang saling serang dan menjatuhkan.
“Itulah komentar yang terekam dari debat capres – cawapres,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Tidak hanya itu, analisa juga diberikan kepada siapa capres atau cawapres yang unggul dalam debat,” tambah Yudi.
“Kalau mau dirinci banyak sekali, tetapi yang terbaru, soal perbaikan format debat,” ujar mas Bro.
“Kalau kita setiap saat debat, tetapi nggak ada aturan main yang harus dipatuhi, Bebas dan mengalir begitu saja,” kata Heri.
“Ya iyalah, kita ini siapa. Debat kita dengan tema seketemunya, mengalir begitu saja. Lagian debat kita juga bukan untuk mendapatkan penilaian, mengunggulkan kehebatan, mencari kemenangan, mendapatkan sanjungan dan pujian,” kata mas Bro.
“Kalau kita sebenarnya bukan berdebat, tetapi tukar pikiran, sharing komunikasi, kadang saling curhat menghadapi keadaan,” kata Heri.
“Kalau pun kadang saling adu argumentasi, terlihat seperti berdebat, bukan sebagai lawan politik, tetapi sebagai sahabat bagaimana mengatasi masalah menerpa hidup ini,” urai Yudi.
“Iya misalnya ketika harga sembako naik. Kita sebagai sahabat sering berdebat bagaimana mengatasi hari esok, dan esoknya lagi agar dapur bisa terus ngebul. Kadang solusinya, kita saling ngutang kan,” ujar mas Bro.
“Iya karena kita ini senasib dan seperjuangan. Sudah saling percaya, menghormati sesama teman sehingga dikasih utangan kalau lagi krisis,” ujar Heri.
“Sejatinya dalam berdebat hanya akan produktif dan menuju kebaikan, jika di antara mereka terbangun adanya saling percaya, hormat dan menghormati,” jelas mas Bro.
“Karenanya dalam berdebat hendaknya bukan menambah musuh, tetapi mencari sahabat. Bukan pula cari menang dengan cara saling menghujat,” tambah mas Bro. (joko lestari).