SERANG, POSKOTA.CO.ID – Satu dekade kebelakang, orang asing dengan sebuah nama perkampungan Pekijing yang berada di Kelurahan Kalang Anyar, KecamatanTaktakan, Kota Serang, Banten.
Wajar saja, Pekijing adalah perkampungan baru yang lokasinya berada di pedalaman dan lumayan jauh dari akses keramaian.
Namun sejak tahun 2020, tidak sedikit masyarakat terkejut dengan nama Kampung Pekijing yang dinobatkan sebagai pemenang inovasi program Pemkot Serang Kampung Bersih Lan Aman.
Sejak saat itu, orang berbondong-bondong mendatanginya. Setelah itu, Pekijing dikenal kampung yang tertata rapi. Di samping itu, sambutan warganya ramah dan hangat dengan kekeluargaan.
Penataan kampung dilakukan agar lebih tertata dan tertib. Inovasinya lahir dari seorang tokoh setempat bernama Edi Suryadi.
Keuletannya dalam bidang seni, membawa kreasi di Pekijing. Hingga akhirnya menyabet juara inovasi Kampung Resik Lan Aman yang digelar Pemkot Serang.
Setelah tertata dan kompok, Pekijing diproyeksi menjadi kampung literasi di Banten.
Masyarakat luas tentu mengenal literasi tidak bisa jauh dari gedung perpustakaan yang megah.
Namun tidak untuk Kampung Pekijing. Perpustakaan di modifikasi di setiap boks seperti pos surat di rumah.
Bok-bok itu berdiri di setiap gang dan depan rumah warga. Hal itu untuk mempermudah akses masyarakat membaca setelah melakukan aktivitas.
Program itu inovasi dari pojok baca di kelurahan hingga diterapkan menjadi perpustakaan keluarga. Hal itu tercipta setelah diskusi bersama Aip, seorang pustakawan di Kota Serang.
“Setelah juara, datang Bang Aip memiliki konsep perpustakaan keluarga. Awalnya ada pojok baca terus dikembangkan. Awalnya di kelurahan, tapi dialihkan ke sini,” kata Penggerak Kampung Pekijing, Edi Suryadi, Kamis (14/12/2023).
Usaha itu pun membuahkan hasil. Dalam ajang perlombaan yang digelar Pemprov Banten, Pekijing dinobatkan juara 2 kampung literasi.
“Diikutsertakan lomba di provinsi, alhamdulillah juara dua,” ujarnya.
Ia menambahkan, awalnya program literasi ditolak karena khawatir bukunya tidak dibaca dan akan hilang.
Disisi lain, pihaknya khawatir perpustakaan keluarga akan menjadi program gagal saat masyarakat sedang semangat menata kampung.
“Sebelum ke sini kita tolak dulu mau naro buku. Percuma nggak baca, karena yang dicanangkan disini harus jalan. Jangan buku karena takut nggak dibaca dan akan jadi contoh program nggak jalan,” paparnya.
Namun setelah adanya program ceramah literasi dari para pegiat, program itu dapat berjalan secara bertahap. Cakrawala masyarakat seiring waktu tumbuh. Hingga saat ini sudah ada 80 bok perpustakaan keluarga.
“Sudah pasang 50 boks perpustakaan. Setelah seminggu banyak bapak-bapak minta tukar buku. Ada yang mau buku bengkel, tani, berarti dibaca gitu kan,” terangnya.
“Jadi dari membaca bisa menghasilkan karya dan buku nambah dari kita sendiri. Sekarang mah ada 80 boks karena ada yang belum kebagian minta,” tambahnya.
Menurutnya, program literasi dapat bertahan dengan tidak adanya tekanan terhadap masyarakat tentang kepemilikan buku.
Selain itu, pihaknya sadar hanya literasi yang akan merubah kerangka berpikir masyarakat. Sehingga kedepannya anak-anak di Pekijing dapat mewujudkan cita-citanya.
“Saya juga ngomong ke Ibu-ibu, (buku) hilang juga buku nggak apa-apa. Ditambah setiap 2 minggu sekali ada lapak baca. Kita nggak butuh bangunan besar, nggak mungkin pulang kerja, berkebun ke perpustakaan. Jadi sangat mempermudah dan menjangkau,” paparnya.
Program itu pun berbuah manis, masyarakat dapat menghasilkan karya tanaman bunga miami.
Menurutnya, buku membawa pengaruh besar pada masyarakat Kampung Pekijing. Dari kegabutannya membaca di waktu luang, bisa menghasilkan karya yang berdampak pada pendapatan.
Buku yang dibaca dari bok perpustakaan keluarga menjadi motivasi masyarakat Pekijing dalam menuangkan gagasannya melalui karya.
“Dari situ hasil pertanian dari buku tuh kembang miana, sampai agen tanaman belinya disini. Itu dari buku,” tutupnya. (Bilal)