Sorot: Geng Solo Benteng Jokowi di Pemilu 2024

Rabu 29 Nov 2023, 09:18 WIB
Ilustrasi Pemilu 2024. (foto/ist)

Ilustrasi Pemilu 2024. (foto/ist)

PENGAJUAN Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI menunjukkan menguatnya Geng Solo di pusat kekuasaan. Bila Agus resmi jadi Panglima, maka pucuk pimpinan TNI dan Polri sama-sama dipegang oleh Geng Solo, yakni orang-orang kepercayaan Jokowi, baik polisi maupun tentara, yang bekerja dengannya sejak ia masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Jelang tarung politik 2024, Jokowi memang terlihat meruncingkan kukunya dengan menarik Geng Solo ke dekatnya, ke lingkar satu Istana.Tak cuma di pusat, trio Geng Solo juga berjaga di Jawa Tengah yang bakal jadi battleground Pilpres 2024, dengan Ganjar dan Gibran diprediksi sengit berebut suara di provinsi ini.

Bukan tak mungkin, di tengah situasi yang makin panas, geng ini akan bentengi Jokowi dari serudukan banteng.
Hampir 200 penjabat kepala daerah dari tingkat provinsi sampai kabupaten/kota berkumpul di Istana Negara, Senin, 30 Oktober 2023.

Mereka hadir untuk mendengar pengarahan Presiden Jokowi terkait Pemilu 2024. Para penjabat itu adalah orang-orang yang memegang jabatan untuk sementara karena pejabat sebelumnya sudah berakhir masa tugasnya, sedangkan yang baru belum terpilih.

Kepada mereka, Jokowi berpesan untuk menjaga netralitas dalam pemilu. Jangan sampai memihak atau mengintervensi penyelenggaraan pemilu. Jokowi juga meminta netralitas dan kerukunan aparatur sipil negara dijaga dalam pemilu.

Tak sampai 24 jam kemudian, Selasa, 31 Oktober, baliho Ganjar-Mahfud dan bendera-bendera PDIP di Gianyar, Bali, dibongkar oleh Satpol PP atas instruksi Pj Gubernur Bali, Irjen Sang Made Mahendra Jaya. Baliho itu dicopot satu jam jelang kunjungan kerja Jokowi ke SMKN 3 Sukawati, Pasar Bulan, dan Desa Batubulan.

Sebelumnya, di sepanjang jalan Sukawati, Gianyar, atribut PDIP terlihat paling mencolok ketimbang partai lain. Bendera-bendaera PDIP terpasang hampir tiap satu meter. Tak heran, sebab Bali adalah kantong suara PDIP.

Pada Pemilu 2019 saja, PDIP meraup 1,3 juta suara dari Bali (4,6% dari perolehan suara nasional PDIP) dan menjadi partai terkuat di Pulau Dewata.

Insiden pencopotan baliho Ganjar-Mahfud dan atribut PDIP di Bali pun bak genderang perang. Partai banteng langsung meradang. Dari kader sampai politisi PDIP, termasuk sang capres Ganjar Pranowo, ramai-ramai menyerang Jokowi.

“Pencopotan baliho Ganjar-Mahfud di Bali menjadi bukti bahwa aparat pemerintah justru sulit menjaga netralitas dalam pelaksanaan pemilu. Ini konsekuensi ketika anak presiden yang masih menjabat mengikuti kontestasi Pilpres,” ujar legislator PDIP Charles Honoris, sehari sesudah insiden tersebut.

Ketua DPP PDIP Komarudin Watubun tak kalah geram. Ia berkata, “Bali itu kandangnya banteng. Kalau banteng diam, jangan diganggu. Karena kalau dia bangun, bisa brutal, bahaya.”

Menurut Kepala Satpol PP Bali, Nyoman Rai Dharmadi, bukan hanya bendera PDIP dan baliho Ganjar yang dicabut, tapi juga baliho PSI yang memasang wajah Jokowi dan Kaesang Pangarep.

Ganjar yang datang ke Bali dua hari usai balihonya dicopot untuk menghadiri acara mengobrol santai bersama kader PDIP, mengingatkan kader untuk tidak cengeng. (*)

News Update