JAKARTA, POSKOTA.CO.ID- Israel dilaporkan telah melakukan penggeledahan pada rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, usai menduga jika militer Hamas bersembunyi di terowongan bawah tanah gedung rumah sakit tersebut.
Melansir Reuters, pasukan Israel kabarnya sempat menggempur area rumah sakit Al Shifa selama empat jam pada Rabu (15/11/2023) dini hari waktu setempat.
Israel memang secara konsisten menyatakan bahwa rumah sakit Al Shifa terletak di atas markas besar pasukan Hamas.
"Pusat operasi mereka, bahkan mungkin jantungnya yang berdetak," kata juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner menurut Washington.
Lantas, rumah sakit Al Shifa yang diduga sebagai jantung operasi militer Hamas ini pun, menjadi sasaran utama operasi darat pasukan Israel.
Selain itu, alasan pengeledahan ini juga didukung oleh pasukan Israel yang menemukan senjata serta infrastruktur teror di dalam kompleks rumah sakit Al Shifa, setelah terjadi bentok yang menewaskan ribuan jiwa di luar gedung.
"Sebelum memasuki rumah sakit, pasukan kami dihadang oleh alat peledak dan pasukan teroris, pertempuran pun terjadi yang menewaskan teroris,” kata militer Israel dikutip Reuters, Kamis (16/11/2023).
Lebih lanjut, mereka juga mengatakan, tidak ada pertempuran maupun perselisihan dengan warga sipil, pasien, atau staf di dalam rumah sakit.
“Kami dapat mengonfirmasi bahwa inkubator, makanan bayi, dan pasokan medis yang dibawa oleh tank IDF dari Israel telah berhasil mencapai rumah sakit Shifa. Tim medis kami dan tentara berbahasa Arab berada di lapangan untuk memastikan bahwa pasokan tersebut sampai ke mereka yang membutuhkan,” sambungnya.
Para saksi mata yang diwawancarai Reuters mengatakan, situasi di dalam gedung tampak tenang dan tegang ketika pasukan Israel bergerak di antara gedung-gedung untuk melakukan penggeledahan. Tapi, tidak ada laporan mengenai siapa pun yang terluka di dalam lokasi.
Kendati demikian, Hamas menyebut, klaim yang menyatakan jika senjata ditemukan dalam rumah sakit Al Shifa merupakan sebuah kelanjutan dari kebohongan dan propaganda murahan yang digunakan Israel, guna memberikan pembenaran atas kejahatannya yang bertujuan menghancurkan sektor kesehatan di Gaza.
Menanggapi hal ini, kepala bantuan PBB, Martin Griffiths, meminta agar tidak menjadikan rumah sakit sebagai medan perang.
"Rumah Sakit bukanlah medan pertempuran. Perlindungan terhadap bayi baru lahir, pasien, staf medis, dan seluruh warga sipil harus mengesampingkan semua kekhawatiran lainnya,” tulis Griffiths di sosial media, Twitter.
Tragedi ini pun langsung menjadi perhatian dunia, khususnya pada nasib ratusan pasien yang terjebak di dalam rumah tanpa listrik, untuk mengoperasikan peralatan medis dasar serta ribuan warga sipil yang mengungsi dan mencari perlindungan di sana.