TAWURAN, masyarakat mungkin sudah bosan membaca atau mendengar berita tentang tawuran pelajar. Tak hanya bosan, mungkin lebih banyak sebal dan kesalnya.
Hampir setiap hari, ada saja berita tawuran pelajar. Hal ini tentu saja membuat masyarakat resah dan kesal. Karena setiap beraksi, para pelajar nakal ini kerap membawa senjata celurit panjang, rantai gir, bambu dan masih banyak lainnya.
Aksi tawuran pelajar terakhir terjadi di Bekasi. Para pelajar ini konvoi motor sambil mengayun-ayunkan senjata tajam pada masyarakat sekitar. Bahkan mereka juga menyerang anggota keamanan yang ingin membubarkan aksinya.
Para pelajar ini rupanya tak jera jika sudah banyak korban yang tewas akibat tawuran. Tak sedikit korbannya justru salah sasaran, yang tak ikut-ikut dalam aksi tawuran tersebut. Sangat mengenaskan!
Sebagai masyarakat yang peduli pada keamanan dan ketentraman, tentu tak bisa tinggal diam melihat aksi meresahkan itu.
Untuk mencegah tawuran pelajar, mungkin pihak sekolah bisa mengmplementasikan program pendidikan anti-kekerasan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pelajar tentang konflik dan cara menyelesaikannya tanpa kekerasan. Harus ada pengawasan yang memadai di area sekolah, terutama selama istirahat. Keamanan fisik yang baik dapat mencegah terjadinya tawuran.
Sekolah juga harus menyediakan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu pelajar mengatasi masalah dan konflik dengan cara yang konstruktif. Berikan pelatihan kepada pelajar dan staf sekolah dalam keterampilan konflik resolusi. Ini dapat membantu mereka menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan.
Orang tua juga harus dilibatkan agar dapat membantu mendorong sikap positif dan etika yang baik di rumah, yang dapat menciptakan dampak positif di sekolah.
Yang paling penting harus ada sanksi yang jelas dan konsisten untuk memberikan efek jera. Mungkin sudah saatnya pelaku tawuran mendapat hukuman pidana, jika aksinya membuat orang lain terluka bahkan hilang nyawa.
Untuk mencegah tawuran sejak awal, waspadai tanda-tanda konflik atau intimidasi di media sosial. Sekolah dapat memiliki kebijakan yang jelas terkait dengan penggunaan media sosial oleh pelajar.
Melalui kombinasi pendekatan ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan positif, kerjasama, dan penyelesaian konflik yang damai.