Obrolan Warteg: Politik Menghangat, Harga Pangan Merangkak

Di tengah suhu politik yang kian menghangat, harga pangan cenderung merangkak naik.

Pada awal pekan ini, harga sejumlah komoditas pangan masih menunjukkan kenaikan harga rata-rata secara nasional seperti beras, cabai rawit merah, cabai merah keriting, bawang merah. daging sapi murni, daging ayam, telur, gula konsumsi, tepung terigu, jagung pakan dan minyak goreng kemasan.

Data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebutkan harga cabai rawit merah masih di atas Rp70 ribu per kg, sementara beras premium dan medium, masih di atas level harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan. HET beras medium sebesar Rp10.900 - Rp11.800, sedangkan HET beras premium Rp13.900 - Rp14.800.

Harga di pasaran, masih di atas HET.

Bahkan, diprediksi tiga jenis komoditas pangan, yakni beras, jagung dan gula akan terus tinggi, jika tidak diintervensi melalui importasi.

“Berarti impor lagi, impor lagi dong,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya mas Bro dan Yudi.

“Menurut saya biarlah sementara tak perlu impor, kalau harga pangan naik yang untung kan petani. Siapa lagi yang peduli petani kalau bukan kita,” kata Yudi.

“Masih patut dipertanyakan, apakah benar petani yang untung dengan kenaikan harga pangan seperti beras dan sayur-mayur itu. Jangan-jangan yang banyak mengambil untung pihak lain,” kata Heri.

“Karena itu peduli petani bukan dengan cara membiarkan harga melambung, tetapi menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas. Biaya produksi rendah, tetapi hasilnya melimpah, harga jual tetap murah,” jelas mas Bro.

“Dengan hasil yang melimpah, stok pangan terjamin,” kata Heri.