BOGOR, POSKOTA.CO.ID – Dalam dua bulan terakhir, angka gelandangan dan pengemis (Gepeng), ODGJ serta orang terlantar di Kota Bogor mengalami peningkatan.
Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor mencatat pada Bulan September dan Oktober ini, angka gepeng di Kota Bogor mencapai 200 orang. Yang mana angka tersebut didapat dari hasil penjaringan petugas dengan rincian 90 orang pada September dan 96 orang pada Oktober.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Bogor Dody Wahyudin menyebut, PPKS yang dijaring pihaknya dalam kurun waktu 2 bulan terakhir adalah gepeng, ODGJ, orang terlantar, disabilitas terlantar dan lansia terlantar.
“Jadi itu semua dari laporan warga juga dari hasil penjangkauan, juga dari kiriman Polsek yang ada di Kota Bogor karena rata-rata orang terlantar itu awalnya datang ke Polsek lalu Polsek membuat surat bantuan pengantaran ke tempat asal yang bersangkutan,” kata Dody, Selasa (31/10/2023).
Menurut Dody, ada kalanya gepeng yang dijaring oleh Dinsos ditemukan dengan kondisi telah meninggal dunia. Ia mencontohkan, seperti yang terjadi di Jalan Ir. H. Juanda, Kecamatan Bogor Tengah belum lama ini.
“Seringkali, sudah beberapa kali (gelandangan meninggal dunia dievakuasi). Kadang mereka mobile (berpindah), tiba-tiba ada di situ aja, nggak statis,” ujarnya.
Dari hampir 200 orang PPKS yang sudah dijaring itu, kata Dody, 85 orang di antaranya merupakan ODGJ. Sehingga sebagian besar diantaranya pun dirujuk oleh Dinsos ke Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Kota Bogor.
“Sisanya kita langsung koordinasi dengan Dinsos tempat mereka asal, jadi langsung dijemput oleh mereka dan keluarganya. Kalau yang tidak teridentifikasi data kependudukannya kita langsung rujuk ke RSJ MM,” paparnya.
Padahal, lanjut Dody, kasus gepeng di Kota Bogor pada periode Juni hingga Agustus sempat mengalami penurunan. Di bulan Juni, tercatat jumlah gepeng yang ditangani tercatat ada 62 kasus, Juli 41 kasus dan pada bulan Agustus hanya 30 kasus.
Menurut Dody, ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena meningkatnya jumlah gepeng di Kota Bogor. Faktor pertama ketidakmampuan gepeng tersebut untuk bekerja, tak memiliki modal usaha serta tidak punya keterampilan kerja.
Selain 3 faktor tersebut, yang paling parah adalah faktor tidak ada pilihan lain untuk mengais rezeki selain menjadi gelandangan dan pengemis.
"Masyarakat di Jabodetabek sekarang tau kalau PPKS di Kota Bogor dilayani kesejahteraan sosialnya, jadi ada beberapa dibuang dari daerah lain ke Kota Bogor dan juga faktor himpitan ekonomi yang kian berasa,” jelas Dody.
Dari hasil penjaringan, tercatat sebagian besar gepeng yang ada di Kota Bogor berasal dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Oleh karenanya, ia berkoordinasi dengan Dinsos dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) setempat.
"Bagaimana caranya agar PPKS ini tidak kembali lagi mengemis di Kota Bogor. Jadi kalau sudah ranahnya di Kabupaten Bogor/ Sukabumi, kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Karena bukan wilayah Kota Bogor," pungkasnya. (Panca Aji)