Wajar saja kalau ada yang mengemas politik kagetan, politik yang membuat
orang terkejut,terperanjat, terpana, bahkan terpesona, tetapi sikapi dengan
jernih. Terpenting tidak lantas menjadi kagetan.
Sikap kagetan akan melemahkan daya kritis dalam merespons situasi, termasuk
keputusan politik untuk kemaslahatan umat. Dapat pula menurunkan kepekaan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dan, dapat menggoyahkan jati diri.
Sementara jati diri sebagai bangsa bermoral, beretika, beradab dan berbudaya
sebagaimana nilai – nilai luhur Pancasila, wajib kita kokohkan dan kuatkan agar
tidak terseret arus negatif, permainan culas dan kotor.
Dengan jati diri yang kokoh dan kuat, dengan mudah dapat menghindari
beragam hoax, narasi yang menghebohkan dan mengagetkan, tetapi sejatinya
menyesatkan karena tak jarang menggiring isu perselisihan dan pertentangan.
Kita harus menguatkan pondasi jati diri, ada di mana, di posisi mana, berdiri di
mana dan hendak melangkah ke mana. Tentu menuju ke arah yang lebih baik
lagi.
Itulah perlunya pandai membaca keadaan, seperti dikatakan Pak Harmoko
dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Begitu pun bagi para pemimpin di level manapun, para elite politik, dalam
menghadapi situasi era kini yang terus berubah, kadang tak terduga sebelumnya,
pandai membaca keadaan kian dibutuhkan untuk mengambil kebijakan yang
tepat dan bermanfaat bagi khalayak.(Azisoko).