BOGOR, POSKOTA.CO.ID – Dibangun dengan konsep ikonik dan berintegrasi dengan penataan lingkungan, bangunan toilet tambahan di dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bogor dibangun senilai Rp 200 juta untuk masing-masing sekolah. Dua Sekolah ini adalah SMPN 9 dan juga SMPN 17 Bogor.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Disdik Kota Bogor, Sultodi Mahbub mengatakan, toilet sekolah ini dibangun dengan konsep arsitektur ikonik yang kekinian, sehingga akan menghilangkan mindset toilet yang kumuh dan kotor. Selain itu, toilet ini akan berintegrasi dengan penataan lingkungan.
"Berangkat dari sini, mindset toilet kotor dan jorok itu ditinggalkan. Kita membangun toilet dengan kondisi zaman kekinian. Sejalan dengan Kota Bogor ramah lingkungan, kami terapkan septic tank biofil/biofilter bukan konvensional," kata Sultodi, Rabu (4/10/2023).
Septictank biofil ini, kata Sultodi, diketahui dapat menguraikan limbah tinja menjadi limbah cair, yang kemudian akan diberi disinfectant.
Sehingga limbah-limbah tersebut menjadi cairan yang lebih aman untuk diresapkan ke tanah atau dibuang ke drainase kota.
Menurut Sultodi, toilet ini merupakan bangunan baru yang dilengkapi dengan listrik. Disesuaikan dengan lahan yang dimiliki sekolah, toilet baru di SMPN 9 Bogor memiliki panjang 7 meter dengan lebar 3 meter.
Dalam pembangunan toilet ini, hal yang paling banyak memakan biaya ialah dak beton dan sanitasi seperti kloset, wastafel, hingga urinoir. Yang mana, pada toilet baru di SMPN 9, akan ada satu kloset duduk dan dua kloset jongkok untuk perempuan.
"Untuk perempuan ada tambahan kebutuhan khusus seperti cermin. Serta dimanfaatkan jadi ruang ganti. Juga wastafel sebagai standar protokol kesehatan," ucapnya.
Sedangkan, untuk toilet laki-laki akan disediakan satu kloset jongkok dan tiga urinoir. Dimana toilet dengan urinoir ini baru pertama kali dibuat di sekolah-sekolah se-Kota Bogor.
“Melihat juga dan evaluasi di beberapa sekolah, biasanya laki-laki kalau buang air kecil (BAK) nggak dibanjur (disiram). Saya melihat di beberapa fasilitas umum yang bagus, untuk yang laki-laki kita sediakam urinoir. Ini pertama, belum ada di Bogor,” jelasnya.
Selain di SMPN 9, Sultodi juga memaparkan pembangunan toilet di SMPN 17. Yang mana di SMPN 17, hanya akan dibangun toilet untuk perempuan. Toilet ini dibangun di lahan sekolah di bagian atas, sehingga bisa menjadi ikon dengan tambahan tanaman-tanaman di sekitarnya.
“Ini nanti jadi ikon. Di sekitar ini akan dibuat taman-taman. Tapi yang di SMPN 17 klosetnya jongkok semua,” ucapnya.
Ia menambahkan, pembangunan toilet baru di SMPN 9 Bogor sudah mencapai 65 persen. Dengan masa hari kerja 60 hari, toilet baru ini ditargetkan selesai pada 25 Oktober 2023.
Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik, Yusfitriadi menilai anggaran bernilai fantastis itu tidak wajar apabila hanya digunakan untuk membangun toilet.
"Rp 200 juta itu sudah jadi dua ruang kelas baru, bukan hanya untuk pembangunan toilet, atau untuk pembangunan toilet di lima sekolah. Bagi saya anggaran sebesar itu hanya untuk toilet dua sekolah sangat tidak wajar,” kata pria yang akrab disapa Kang Yus ini.
Kamg Yus menilai, ada kelemahan dalam instansi Disdik Kota Bogor dalam menentukan besaran anggaran untuk proyek-proyek ini. Padahal Disdik juga telah menganggarkan sekitar Rp 33-34 juta, untuk konsultan perencanaan pembangunan toilet di dua SMP negeri tersebut.
Ia menyebutkan, seharusnya setelah ada pengajuan proposal dari sekolah, Disdik melakukan survei dulu untuk memetakan aspek kelayakan dan seberapa besar dana yang dibutuhkan.
“Kedua, rasionalitas. Ini bukan akan membangun toilet hotel, kantor atau ruang pertemuan, yang membutuhkan toilet serba lux (mewah) dan dengan tanah yang luas. Ini akan bangun toilet sekolah, sehingga harusnya Disdik merasionalkan program dengan anggaran,” kata Yus.
Terpisah, Kepala SMPN 9 Bogor, Hidayat menerangkan, sekolah yang dipimpinnya ini memang sudah bertahun-tahun memimpikan adanya toilet tambahan.
Di sekolah seluas sekitar 250 meter persegi ini, hanya ada empat toilet laki-laki di lantai dua, dua toilet laki-laki di lantai bawah, dan lima toilet perempuan di lantai bawah. Sedangkan, saat ini ada 984 siswa/i menempuh pendidikan di sana.
“Idealnya kan dua kelas satu toilet, laki-laki perempuan terpisah. Dulu saya buat di musola ikhtiar guru-guru menyumbang, ada tiga tapi nggak bisa dibuat buang air besar (BAB). Nah kalau yang sekarang dibangun dari Disdik,” kata Hidayat.
Kendati demikian, Hidayat mengaku terkejut ketika mengetahui besaran anggaran pembangunan toilet itu mencapai Rp 200 juta. Sebab, ia hanya mengajukan perbaikan toilet atau kamar mandi ke Disdik Kota Bogor.
"Yang menetukan besarannya itu Disdik. Kami mengajukan kamar mandi saja, perbaikan. Kan sekolah mah boro-boro nggak punya ahli itunya (untuk menentukan anggaran)," ucapnya.
Menurut Hidayat, toilet yang saat ini dibangun oleh Disdik Kota Bogor memiliki kualitas yang jauh lebih bagus dari yang sudah ada. Toilet baru itu dibangun di lahan kosong di belakang kelas. Dari informasi yang diterima Republika, akan ada lima toilet dengan tiga toilet jongkok, satu toilet duduk, tiga urinoir, dan tiga wastafel.
Hidayat pun sempat menilai bahwa anggaran sebesar itu bisa digunakan untuk membangun 10 toilet baru. Namun, ketika melihat toilet baru yang dibangun sangat kokoh ia pun mempercayai bahwa anggaran itu pantas digunakan untuk membangun toilet baru. (Panca Aji)