Ilustrasi. TikTok Shop bikin banyak UMKM menjerit. (Foto: Ist)

Nasional

Kemeja Dijual Rp 5 Ribu di TikTok Shop, Dosen IPB: Mana Bisa UMKM Bersaing?

Rabu 27 Sep 2023, 05:28 WIB

BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Penutupan TikTok Shop yang dilakukan Pemerintah didukung sepenuhnya dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) IPB, Megawati Simanjuntak.

Dia menyebut TikTok Shop sejatinya bisa mematikan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Hal ini lantaran produk-produk yang dijual di TikTok Shop didominasi barang dari negeri China. Dia mengatakan bahwa hal ini bisa terjadi lantaran sudah makin sesaknya produk-produk China di negeri asalnya, hingga akhirnya melakukan penetrasi pasar baru salah satunya Indonesia.

"Jadi kalau kita lihat, hampir inflasi China. Jadi kita bukan rasis, tapi kita melihat produk-produk China itu mendominasi sekali untuk barang-barang di TikTok Shop ini, karena mereka (China) ekonominya sudah stagnan," kata Mega kepada Poskota.co.id, Kamis (27/9/2023).

Mega menyebut, dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 275 juta, menjadi salah satu alasan kuat bagi negara yang ekonominya sudah stagnan untuk menaikkan lagi perekonomian negaranya.

"Mereka mencoba berinflasi ke negara-negara lain, apalagi Indonesia dengan jumlah sekitar 275 juta itu luar biasa dan kita tahu bahwa konsumen kita itu kan apapun yang dijual di Indonesia itu akan laku," kata mantan Komisioner badan perlindungan konsumen Nasional periode 2018-2023 ini.

Menurut Mega, dengan stagnannya perekonomian di China, membuat negara tirai bambu tersebut pun melakukan ekspansi ke negara lain. Bahkan ia pun menyebut hal ini sebagai perang dingin.

"Mereka akan menguasai dunia dengan produknya, bahkan sekarang kalau dulu kita tahu China itu barang-barangnya inferior yang kita pandang tidak berkualitas, sekarang produknya itu sudah masuk premium," kata Mega.

Ia pun mencontohkan, salah satu kosmetik asal China yang sangat disukai kalangan milenial. Selain murah, produk kecantikan ini pun memiliki kualitas premium, sehingga mengurangi minat konsumen untuk membeli produk dalam negeri. 

"Karena apa? Ini TikTok Shop-nya luar biasa. Jadi di satu sisi gini, kita tidak bisa pungkiri bahwa TikTok Shop juga berkontribusi untuk UMKM naik kelas. Tapi berapa banyak? Apalagi sudah main harga, enggak sanggup, tapi harganya itu kayak rugi, enggak bisa bersaing dengan produk dari China, gak bisa juga. Konsumen juga bakal milih yang murah-murah," tambahnya.

TikTok Shop Sudah Kebablasan

Wanita yang fokus mengajar dalam perlindungan dan pemberdayaan konsumen ini pun menuturkan, ia telah banyak dimintai tanggapan oleh salah satu organisasi yang menaungi berbagai e-commerce. 

Ia pun menyebut, TikTok Shop sudah kebablasan dalam fungsi awalnya sebagai sosial media. Belakangan, kata Mega, aplikasi yang digunakan oleh sekitar 150 juta warga Indonesia itu pun telah merambah ke digital commerce. Yang mana di antara keduanya tidak bisa disatukan. 

Perkembangan TikTok yang kian hari kian meningkat, membuat para artis dan produsen pun ikut bersaing dengan para pelaku UMKM dalam menjaring konsumen melalui TikTok Shop. 

Tak bisa dipungkiri, TikTok sendiri memang dianggap salah satu inovasi digital yang kian hari kian berkembang. Namun di sejumlah negara maju, seperti Amerika dan beberapa negara di Eropa, keberadaan TikTok Shop justru ditolak.

"Jadi Indonesia yang seharusnya mengedepankan produk-produk di dalam negeri, kita punya UMKM sampai dengan 65 juta, itu harusnya yang UMKM juga mengikuti. Tapi rasanya ini terlalu memusingkan. Karena apa? Karena dia bermain dengan harga, predatory pricing ((jual rugi). Harganya luar biasa, untuk kemeja saja misalkan Rp 5-8 ribu. Jadi bagaimana UMKM kita bisa bersaing dengan predatory pricing seperti itu," urai Mega.

Sebetulnya, sambung Mega, pemerintah sudah mengatur terkait dengan e-commerce ini, melalui Permendag nomor 80 tahun 2019 tentang perdagangan menggunakan sistem elektronik. Di mana aturan tersebut mengatur pengusaha luar negeri perlu memiliki kantor perwakilan secara fisik di Indonesia. 

Akan tetapi mereka justru kini bermain di TikTok Shop. Walaupun sebagian UMKM mendapat tempat, tetapi tetap saja produk-produk itu adalah barang dari China. 
"Pintarnya Tiktok dengan sedemikian rupa algoritmanya, bisa mendeteksi apa yang konsumen butuhkan, itu dia langsung bisa (dapatkan)," tambahnya. 

Dengan adanya permainan algoritma dan predatory pricing atau banting harga tersebut, akhirnya para pengguna Tiktok tak hanya membeli apa yang dibutuhkan, tapi juga bisa membangkitkan kebutuhan seseorang, dari yang awalnya tidak ingin berbelanja, menjadi memutuskan untuk membeli suatu barang yang di luar kebutuhannya.

"Kita bukan kontra dengan perkembangan teknologi, tapi kalau itu sampai mematikan UMKM kita yang sekian banyaknya karena tidak bisa bersaing dari sisi harga, itu kan luar biasa dampaknya," cetusnya.

Menurut Mega, teknologi yang canggih dan bisa memproduksi suatu produk secara massal membuat produk-produk dari China memiliki banderol yang teramat murah.

Selain harga yang murah, TikTok shop sendiri menyajikan suatu produk yang ditampilkan secara langsung dengan deskripsi yang dijelaskan secara lengkap oleh sang penjual. Apalagi dikemas dengan konten live.

Tags:
TikTok Shop

Reporter

Administrator

Editor