SERANG, POSKOTA.CO.ID – Masyarakat di Kota Serang secara bertahap menggelar peringatan Panjang Mulud atau Maulid Nabi.
Dalam pelaksanaan ini, ada budaya menarik yang dilakukan warga Kota Serang. Perayaan selalu dilengkapi dengan pawai atau arak-arakan makanan.
Puncak Panjang Mulud tidak terlepas dari perayaan pengangkatan Sultan Banten yang dihiasi pesta rakyat.
Dalam manuskrip pupuh Asmarandana, Sultan Abdul Mafakhir memerintahkan agar menggelar pawai atau arak-arakan pada bulan Rabiul Awal atau bulan Mulud pada sistem penanggalan Jawa.
Hal itu dalam rangka memperingati Abdul Mafakhir yang ditetapkan jadi Sultan Banten pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1044, bertepatan tanggal 7 Oktober 1634 M.
Namun setelah Kesultanan runtuh, kegiatan tersebut masih berjalan tapi tidak di istana. Pawai dilakukan setiap momentum Maulid Nabi di Banten dengan istilah Panjang Mulud.
Pada saat ini, perayaan Panjang Mulud dimeriahkan dengan alat-alat yang bersimbol agamis seperti Burung Ababil dan Unta.
Burung Ababil dijadikan icon tidak lepas dari kisah pasukan khusus (burung ababil) diciptakan oleh Allah SWT untuk mengalahkan rombongan pasukan gajah dari Yaman yang berniat menghancurkan Ka'bah.
Sementara unta dijadikan icon diambil dari kisah Rosul yang pernah melaksanakan thawaf dalam haji wada menunggangi unta.
Pengrajin di Kp. Domba, Kelurahan Lopang, Ahmad Jumeji (43) mengatakan, sudah dua minggu menggelar lapak panjang untuk perayaan maulid.
Kriya yang dijajakan berupa burung ababil, unta, bebek, masjid, perahu, dan telur-teluran. Harganya dijual mulai Rp100 ribu hingga Rp700 ribu disesuaikan kerumitan pembuatan.
"Yang biasa Rp100 ribu sampai Rp150 ribu, yang burung Rp250 ribu, bebes Rp300 ribu. Paling mahal kapal-kapalan Rp700 ribu," katanya, Senin (25/9/2023).
Menurutnya, biasanya panjang mulai diburu masyarakat pada puncak Maulid Nabi atau 28 September 2023. Saat ini barang yang terjual sudah 6 item seharga Rp700 ribu.
"Kalau sehari sekarang ada 1 sampai 2 mah.Kalau mulai pasarannya mah nanti ramaiAlhamdulillah setiap tahun jualan," ucapnya.
Ia mengaku sudah lima tahun berjualan Panjang Mulud. Pengrajin kayu ini pernah mendapat keuntungan Rp8 juta pada 2021.
"Keuntungan 20 persen sampai 30 persen, lumayan aja pak. Biasanya jualan kayu, kalau bulan Maulid Nabi kita jualan panjang," paparnya.
Ia berharap, kenaikan harga sembako tidak berpengaruh pada penjualan Panjang. Sehingga modal Rp7 juta untuk beli bahan-bahan dapat balik.
"Sekarang harga-harga lagi mahal, rasanya agak berkurang, makanya yang dijual yang pasaran aja yang Rp150 ribu, Rp100 ribu buat anak sekolah itu telur-teluran dijual Rp7 ribu per 10 biji," tutupnya. (Bilal)