“Mari kita tinggalkan politik penuh intrik, dengan menghadirkan sentuhan
simpatik meraih dukungan publik. Ciptakan pemilu aman, nyaman dan
damai..”
-Harmoko-
Dinamika politik semakin menarik dicermati jelang perhelatan Pilpres 2024. Berbagai manuver dikemas sedemikian rupa untuk membangun simpati dan empati publik dengan harapan dapat meningkatkan popularitas dan elektabilitas.
Kritik menjadi satu strategi yang terus dinarasikan untuk menunjukkan kepada publik adanya kekurangan, kelemahan pada pihak lawan. Ini kemasan positif dalam berkompetisi secara sehat.
Kritik disebut konstruktif selama dikemas secara santun dan beradab berdasarkan data dan fakta adanya,bukan mengada –ada. Dikemas penuh dengan realitas, lugas dan tuntas. Bukan tarikan napas kebencian untuk menjatuhkan lawan dengan menebarkan kepalsuan.
Di era sekarang, jelang pilpres publik membutuhkan informasi perihal keunggulan dan kekurangan masing – masing kandidat sebagai bahan rujukan sebelum menentukan pilihan.
Di sisi lain, kandidat juga membutuhkan banyak kritikan agar lebih dini mengetahui berbagai kekurangan untuk segera diperbaiki.
Semakin banyak menerima kritikan, sejatinya menguntungkan bagi kandidat yang bersangkutan. Bisa dijadikan indikasi bahwa kandidat tersebut banyak diperhatikan, disorot publik, meski dengan segala kekurangannya.
Ibarat pohon yang semakin tinggi, terpaan angin akan bertambah kencang. Hanya saja, angin tidak berhembus menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya.
Itulah perlunya sikap bijak atau legowo bagi setiap kandidat, apakah bakal capres – cawapres, calon wakil rakyat atau calon kepala daerah, untuk menerima kritikan dari siapa pun datangnya.
Hendaknya cermati pesan yang hendak disampaikan, bukan dengan melihat orang yang menyampaikan, meski datang dari lawan politiknya.
Tentu yang dibutuhkan adalah kritik yang membangun, bukan membangun kritik dengan landasan kebencian. Kritik tidak mengandung provokasi, propaganda, dan agitasi. Kritik juga tidak menyajikan data yang tidak mengandung kebenarannya.
Kompetisi menjadi tidak sehat, jika sudah mulai menebarkan intrik politik. Menyebarkan kabar bohong yang dengan sengaja untuk menjatuhkan lawan, sering disebut sebagai hoax. Maknanya, kritik bukan intrik politik, bukan pula hoax. Kritik itu oke, tetapi hoax jangan lakukan.
Lantas bagaimana menyikapi hoax? Jawabnya bisa beragam, tetapi hendaknya disikapi dengan santai dan tenang, arif dan bijak, tidak perlu grusa – grusu, tidak pula dengan emosi.
Jika terlalu reaktif, dengan emosi tinggi akan merugikan diri sendiri. Jika terpancing, sama halnya terjebak pada narasi hoax. Jika merespons berlebihan, tanpa batas, selain tidak mencerminkan adanya kedewasaan dalam berdemokrasi, juga dapat melemahkan kematangan jiwa kejuangan dan karakter kenegarawanan.
Sementara karakter kenegarawanan sangat dibutuhkan era sekarang dan mendatang untuk membangun bangsa dan negara yang lebih maju dan sejahtera, bukan pemimpin hasil pencitraan.
Bukan pula pemimpin yang penuh polesan, indah dan cemerlang dalam tampilan, tetapi buruk di balik layar kaca.
Jangan pula kemudian bersikap layaknya “Muka buruk, cermin dibelah,” – keburukan datangnya dari diri sendiri, lantas orang lain yang menjadi sasaran keburukan.
Politik memang perlu manuver jitu agar terus melaju menuju RI 1, Senayan 1 atau apapun namanya menjadi orang nomor satu, partai nomor satu pemenang pemilu.
Namun, politik adalah seni. Kadang sentuhan kecil, lebih bermakna dan berhasil guna, ketimbang propaganda penuh retorika. Sentuhan kecil kadang lebih efektif, ketimbang tindakan masif. Dapat memberi pesan penuh arti, ketimbang banyak memoles diri menghabiskan banyak energi hasilnya tidak pasti.
Mari kita tinggalkan politik penuh intrik, dengan menghadirkan sentuhan simpatik meraih dukungan publik. Ciptakan pemilu aman, nyaman dan damai.
Ingat! Sedikit konflik, perseteruan, dan perselisihan serta pertengkaran berdampak sistemik. Merugikan masyarakat.Lebih dari itu pertikaian hanya meninggalkan luka dalam dan goresan yang tak terlupakan, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Untuk itu stop intrik, hoax, kabar bohong dan sejenisnya yang berujung terciptanya embrio pertikaian apa pun bentuknya. Singkirkan prasangka buruk dan saling curiga.Hadirkan kebersamaan tanpa curiga, meski beda pandangan, pilihan dan dukungan.
Mari kita bersama songsong kehidupan yang penuh suasana kedamaian. Kehidupan "Toto tentrem kerto raharjo". Suatu keadaan yang aman, tenang dan menyenangkan. Tanpa pertikaian, tanpa kecurigaan, dan tanpa gesekan serta pertentangan.