JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Gempa Maroko yang terjadi pada Jumat 8 September 2023, tercatat telah menewaskan 2000 orang. Akibat banyaknya korban dan luasnya dampak kerusakan, Maroko pun mengumumkan tiga hari berkabung nasional.
Bukan cuma gempa magnitudo 6,8 saja, sebab sejumlah gempa susulan juga terus menghantui masyarakat Maroko. Termasuk gempa berkekuatan M 4,5 yang baru saja dirasakan warga Marrakesh.
Tiap guncangan gempa susulan terjadi, mereka langsung panik dan seolah memiliki trauma buruk tersendiri. Menurut seorang penduduk Marrakesh, banyak warga yang frustasi akibat gempa.
Berbicara kepada Al Jazeera, disitat Minggu 10 September 2023, warga yang tak menyebutkan namanya itu nampak meluapkan emosi dan rasa frustrasi telah kehilangan banyak anggota keluarga. Terlebih dia bersama warga lain yang selamat tidak mendapat upaya bantuan.
“Saya telah kehilangan empat anak dan suami saya. Kami mengandalkan Tuhan, apa pun kondisinya,” kata dia.
Sementara itu, Fatema Satir, warga Mellah di Marrakesh, juga menyebut banyak warga frustasi serta mengkritik kurangnya bantuan bagi orang-orang di jalanan. Ya, pasca gempa besar terjadi Jumat lalu, banyak warga kemudian memilih tinggal di jalanan atau di alun-alun.
Sebab mereka khawatir keselamatan mereka terancam jika gempa kembali terjadi dan menghancurkan bangunan.
“Lihat di mana orang-orang ini tidur, tidak ada bantuan untuk kami,” ujarnya kepada Al Jazeera sambil mengajak warga berkeliling.
Warga lainnya, Noureddine Lahbabi mengatakan, momen ini merupakan pengalaman yang menyakitkan bagi dirinya. "Jika hal ini terjadi pada saudara laki-laki atau perempuan Anda, itu sungguh menyakitkan.”
Terlepas dari minimnya bantuan, seorang warga lainnya bernama Fatna Bechar menuturkan pengakuan merasa beruntung berhasil selamat dari gempa Maroko.
Dia mengaku selamat usai ditolong oleh tetangganya usai gempa terjadi.
“Tetangga saya datang dan membantu saya ketika gempa terjadi. Mereka menyingkirkan puing-puing dan menyelamatkan saya dari reruntuhan.”
Sementara itu, sejauh ini tim penyelamat masih terus berlomba mencari korban selamat yang terjebak di reruntuhan desa yang rata dengan tanah. Angkatan bersenjata Maroko juga telah mengerahkan tim penyelamat.
Selain itu, Aljazair juga telah membuka wilayah udaranya untuk penerbangan kemanusiaan dan medis, untuk masuk ke lokasi. Di mana ada sejumlah negara yang berusaha menawarkan bantuan, seperti Israel, Prancis, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat.
Di satu sisi, mantan pejabat UNESCO bidang pencegahan bencana, Badaoui Rouhban, mengatakan rekonstruksi bangunan yang rusak dapat memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
“Yang kita butuhkan sekarang adalah mengambil pelajaran dari apa yang terjadi untuk memperkuat bangunan yang ada saat ini,” ujarnya.
Ahli menambahkan, proses pembangunan yang baru harus dilakukan sejalan dengan peraturan yang diperkuat. Dia juga mengatakan bahwa pihak berwenang harus berupaya meningkatkan kesadaran di kalangan keluarga dan siswa di sekolah.
Sejauh ini alun-alun di Kota Tua Maroko menjadi lokasi favorit masyarakat untuk beristirahat.
“Dalam beberapa kasus, mereka diberitahu oleh polisi untuk tidak kembali ke rumah mereka karena takut akan integritas struktural beberapa bangunan,” kata laporan media lokal setempat.
“Banyak warga lainnya yang takut dengan kemungkinan terjadinya gempa susulan dan memilih untuk tetap berada di luar ruangan, dan hal ini mungkin akan mereka lakukan lagi di malam hari mendatang."
Hani Lahsan, kepala departemen pemantauan dan peringatan seismik di Maroko, mengatakan bahwa gempa susulan terus terjadi di wilayah yang terkena dampak, tanpa melebihi kekuatan tiga kali lipat. Maka itu, warga pun hingga kini masih bersiaga.