Siapa cawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024? Jawabnya masih dalam pembahasan. Sejumlah nama sering diwacanakan untuk diduetkan dengan Prabowo, di antaranya yang dari internal partai koalisi, terdapat nama Erick Thohir yang diusulkan oleh PAN. Ada Airlangga Hartarto yang didapuk Golkar. Juga ada Yusril Ihza Mahendra yang diusung PBB.
Seperti diketahui, Koalisi Indonesia Maju (KIM) terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, PBB dan Gelora.
“Kalau di luar parpol koalisi, siapa nama yang mencuat?,” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Kalau dari luar koalisi, banyak nama yang diwacanakan atas dasar kecocokan, chemistry, dan saling mendukung dan saling melengkapi,” kata Yudi.
“Ya misalnya Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, banyak yang mengusulkan, termasuk dari relawan, meski Gibran sendiri mengatakan belum cukup umur, tetapi dukungan terus mengalir,” urai mas Bro.
“Tokoh NU juga banyak disebut cocok mendampingi Prabowo seperti Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid,” tambah Yudi.
“Terus bagaimana respons Gerindra soal sosok tokoh NU?,” kata Heri.
“Dikabarkan tokoh dari kalangan NU sangat ideal mendampingi Prabowo,” ujar mas Bro.
Seperti diberitakan, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo berpendapat bahwa tokoh dari kalangan NU ideal mendampingi Prabowo.
"Saya kira tadi ada pertanyaan mengenai cawapres Pak Prabowo dari NU, saya kira itu sangat ideal,” kata Hashim dalam acara diskusi “Kenapa Aktivis Dukung Prabowo?” di rumah pemenangan relawan Prabowo, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu ( 6/9/2023).
“Lantas bagaimana dengan Yenny Wahid yang Rabu sore kemarin bertemu Prabowo di kediaman Prabowo Jl Kertanegara, Jaksel? “ tanya Heri.
“Itu bisa jadi pertanda silaturahmi antara keduanya akan berlanjut. Pak Hashim juga menilai, Yenny antara lain yang pantas dampingi Prabowo,” kata Yudi.
Hanya saja, soal cawapres itu nantinya harus menjadi kesepakatan bersama para parpol koalisi.Mengapa? Jawabnya karena yang mencalonkan bakal capres ke KPU adalah parpol koalisi. Begitu juga soal siapa cawapresnya. Bahwa dalam prosesnya perlu mendapatkan persetujuan dari bakal capres, sudah seharusnya karena keduanya yang akan bersanding menuju ke pelaminan.
“Artinya soal cawapres kembali kepada parpol koalisi yang akan memutuskan,” urai mas Bro. (joko lestari).