Ia pun mengharapkan, pelestarian satwa endemik Indonesia ini menjadi role model bagi perusahaan lain untuk melakukan hal sama bagi penyelamatan flora dan fauna yang terancam punah.
"Sehingga kelak generasi masa depan bisa mendapatkan manfaat pelestarian lingkungan," jelas Hideya Sato.
PT Smelting merupakan perusahaan yang bergerak di peleburan dan pemurnian tembaga pertama di Indonesia dengan pemegang saham utama Mitsubishi Materials Corporation dan PT Freeport Indonesia.
Pabriknya berlokasi di Gresik Jawa Timur dan berdiri sejak 1996.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK RI, Prof. Dr. Satyawan Pudyamoko, menyambut baik rencana pelepasliaran komodo tersebut.
Ia menyampaikan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam terbesar di dunia.
Wilayah Indonesia yang luas dengan karakteristik habitat yang beragam sangat mendukung kehidupan bagi berbagai jenis satwa liar, sehingga sebaran satwa di Indonesia sangat variatif.
Kawasan NTT sebagai salah satu habitat biogeografis unik memiliki ciri satwa khas dan endemik yang keberadaannya hanya dapat ditemui di wilayah tersebut, seperti biawak Komodo.
"Upaya pelepasliaran Komodo ke habitatnya dari pengembangbiakan di Lembaga Konservasi seperti TSI, merupakan implementasi program ex situ linked to in situ," paparnya.
Satyawan pun menaruh harap program ex situ linked to insitu ini dapat direplikasi keberhasilannya oleh Lembaga konservasi lain.
"Dan Komodo yang dilepasliarkan dapat hidup dan berkembang biak dengan baik di habitat alaminya," tandasnya. (panca aji)