BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Kualitas udara buruk di Jakarta ternyata juga disumbang oleh berbagai wilayah penunjang Ibu Kota, terkait aktivitas energi, industri, dan juga transportasi.
Menurut Direktur Walhi Jawa Barat (Jabar) Meiki W Paendong, menurunnya kualitas udara di Jakarta akan memberikan dampak pula ke daerah-daerah sekitar ibu kota.
"Karena, pencemaran udara ini kan lintas batas dia, kalau sudah berbicara udara kan dia lintas batas, jadi bisa menyebar, ke Bogor misalnya. Dan bisa sebaliknya, Bogor juga bisa memberi kontribusi partisipasi pencemaran ke Ibu Kota," kata Meiki, saat dihubungi Poskota, Selasa 15 Agustus 2023.
Sejauh ini, menurut dia, sektor energi, industri dan transportasi disebut sebagai penyumbang terbesar buruknya kualitas udara di Jakarta dan di dunia.
"3 Itu yang paling dominan, karena kan menggunakan dan masih membakar energi fosil, solar, bensin yang asalnya dari minyak bumi, ditambah batu bara pula," tambahnya.
Akibat buruknya kualitas udara, dia mengakui sudah berpengaruh pada aktivitas masyarakat, lantaran besarnya aktivitas publik di luar ruangan.
"Itu pasti dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat, karena aktivitas kita tidak lepas dari aktivitas luar ruang, aktivitas luar ruang yang sebenarnya paling dikhawatirkan karena menghirup langsung kualitas udara yang menurun," paparnya.
Selain itu, tambah Meiki, buruknya kualitas udara ini juga akan memberi dampak pada kesehatan masyarakat.
"Ini kan yang paling berpotensi itu penyakit-penyakit yang terkait infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Yang paling mudah ditemui itu batik, tenggorokan kering, bahkan bisa mengarah ke kronis," tambahnya.
Jika penyakit akut karena buruknya kualitas udara ini bisa langsung ditemukan dalam jangka waktu dekat, lain hal dengan penyakit kronis yang diakibatkan polusi udara ini.
Penyakit yang kronis baru akan ditemukan dalam jangka panjang, dengan kurun waktu 5-10 tahun setelah terlalu seringnya masyarakat menghirup udara buruk.
"Kalau akut itu kan langsung ya, kalau kronis itu terjadinya jangka panjang, 5-10 tahun ke depan, apa itu? Bisa kanker paru-paru, penyakit jantung, penyumbatan saluran arteri jantung, bahkan dalam tingkat tertentu bisa mengganggu genetik, gangguan reproduksi," urainya.
Polusi udara ini, tidak hanya berdampak pada manusia, tapi juga pada lingkungan, antara lainnya hewan dan tumbuhan.
"Nah kita juga sebagai makhluk yang lebih unggul, harus juga menganut asas pencipta keadilan ekologis, jadi keadilan ekologis ini tidak hanya dirasakan oleh manusia, karena kan hewan dan tumbuhan itu bagian dari kesatuan ekosistem, di mana salah satu punah, salah satu dari unsur itu rusak pasti akan berpengaruh pada unsur yang lain," ujarnya.
Artinya, kualitas udara ini sangat penting untuk selalu dijaga terus kualitasnya, karena, bukan hanya untuk manusia, tapi juga seluruh makhluk hidup.
Buruknya kualitas udara ini, ucap Meiki, bisa diperparah oleh dampak dari fenomena el nino yang terjadi. Namun, menurut analisis Walhi, bukan el nino yang menyebabkan kualitas udara di Jakarta menjadi buruk.
"Tapi memang, ada atau tidak ada el nino, kualitas udara Jakarta memang buruk. Karena aktivitas manusia ini tidak hanya menghasilkan partikular pencemar, tapi juga emisi-emisi yang justru menciptakan el nino itu."
"El nino ini memperburuk kualitas udara yang sudah terjadi, akhirnya," tambah Meiki.
Atas beberapa hal tersebut, sambung Meiki, Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah penanganan baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, kata Meiki, perlu ada kampanye sosial yang menyuarakan bahwa kualitas udara ini sangat penting untuk masyarakat.
Semua pemangku kepentingan, termasuk publik juga perlu mulai membatasi kendaraan bermotor, dan membiasakan diri menggunakan sarana transportasi massal dan juga mengurangi aktivitas membakar sampah secara terbuka.
"Jangka panjangnya, memang pemerintah harus mulai mengurangi penggunaan energi fosil, seperti minyak bumi terutama batu bara, ini juga sangat berdampak," urainya.
Jika batu bara ini tidak lagi digunakan, akan berdampak sangat positif terhadap peningkatan kualitas udara Jakarta dan kota-kota lain.
"Selain juga dari aspek regulasi, didorong untuk adanya regulasi terkait pengetatan baku mutu emisi, ini supaya menjadi dasar, disaat nanti pemerintah melakukan upaya-upaya pembatasan, pengurangan karena sudah ada sandaran hukum, kebijakan bahwa baku mutu itu harus diperketat, karena batasan-batasanya kita masih longgar jika dibandingkan standar WHO," pungkasnya.