Cerita Milenial Raup Cuan Rp 90 Juta Sebulan dari Bisnis Kos-kosan

Jumat 21 Jul 2023, 14:21 WIB
Chica pemilik bisnis kos-kosan yang bisa raup omzet sampai Rp 90 juta. Foto: Kolase/Ist.

Chica pemilik bisnis kos-kosan yang bisa raup omzet sampai Rp 90 juta. Foto: Kolase/Ist.

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kalau Anda berpikir bisnis kos-kosan tak bakal mendatangkan cuan yang sangat besar, tebakan kalian salah.

Sebab kini bisnis kos-kosan banyak digeluti sejumlah pihak karena terbilang sangat menjanjikan.

Seperti salah satunya Chica Amalia. Dia adalah pemilik kos Rumah Nata, di kawasan elite Haji Nawi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang punya omzet sampai Rp 90 juta sebulan.

Tentu bikin penasaran, soal apa yang membuat bisnis kos-kosan-nya begitu melejit, hingga mendatangkan pundi-pundi cuan ke kantongnya.

Menurut Chica, bisnis kos-kosan ternyata sudah lama digeluti secara turun temurun, mulai dari sang nenek, ibunya, dan begitu juga dirinya. 

Menurut Chica, kos-kosan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan karena menyangkut tempat tinggal. Dengan kos, seseorang bisa mendekatkan diri dengan tempat kerjanya.

Apalagi Kebayoran Baru menjadi salah satu lokasi yang terdapat banyak perkantoran.

"Pangsa pasar saya memang memang orang-orang kantoran," kata dia disitat saluran Youtube Investime On Location, Jumat 21 Juli 2023.

Menurutnya, ada tiga tipe kamar kos yang tersedia di tempatnya. Ada tipe kamar besar, sedang, dan kecil.

"Untuk kamar besar kami pasarkan harga sewa Rp 3,2 juta, untuk sedang Rp 2,9 juta, dan kecil Rp 2,7 juta," katanya lagi.

Walau sudah turun temurun, perlu ada strategi sendiri untuk melanggengkan bisnis kos-kosan. Sebab, kata dia, dalam mengelola kos-kosan, tak semudah yang dibayangkan.

Sebut saja mesti memilih lokasi yang strategis, apakah dekat dengan sekolah, kampus, ataupun lokasi perkantoran. Sebab menjadi percuma andai memiliki usaha kos bagus, namun lokasinya tidak strategis. Alhasil kos jadi sepi penghuni.

Salah satu strategi yang membuatnya kebanjiran cuan dari bisnis kos-kosan adalah, pelayanan yang diberikan terhadap para penghuni. Karena sudah lama bergelut di bidang kos-kosan, maka dia sudah paham betul, bahwa pemilik usaha yang baik adalah yang selalu mendengar komplain dari penyewa.

"Di sini sebisa mungkin kita membuat mereka nyaman tinggal di sini. Karena yang namanya komplain itu sewaktu-waktu. Dengan kamar yang banyak, sehari ada saja dua sampai lima komplain, mulai dari AC yang kurang dingin, keran bocor, sampai lampu mati," kata dia.

Hal-hal itulah yang kemudian menjadi prioritasnya, yakni cepat tanggap mengatasi masalah-masalah tersebut dengan baik. Dengan begitu, penyewa menjadi kerasan untuk tinggal di rumah kos tersebut.

Dia juga mengaku selalu mengutamakan kebersihan kos. Setiap hari kos-kosan-nya itu dibersihkan. Untuk keamanan juga tak kalah penting, Chica menyiapkan petugas sekuriti dan juga memasang CCTV 24 jam yang tersambung langsung ke handphone-nya.

Untuk menentukan harga di tengah bisnis kos-kosan yang kian menjamur, Chica memiliki trik sendiri. Biasanya dia selalu melihat usaha kos kompetitor.

Harga menurut dia sangat penting, karena di sinilah salah satu perhatian utama. Dengan harga yang kompetitif, maka bisnis kos akan berjalan dengan baik.

"Saya biasa cek ke tetangga-tetangga, pura-pura mau sewa kos, tanya-tanya. Kalau sudah riset, baru kita menentukan harga. Intinya jangan terlalu mahal, dan jangan terlalu murah."

Maksudnya tidak terlalu mahal, agar bisa dijangkau oleh karyawan yang tidak berstatus eksekutif. Sementara tidak terlalu murah, agar memfilter siapa saja pihak yang masuk ke rumah kos-kosan-nya.

"Kami ingin menjangkau middle-income. Saya juga tak mau semua orang bisa ngekos di sini, dari latar belakang yang berbeda, dan bercampur. Saya tetap menjaga kualitas penghuni yang baik dan well educated," kata dia.

Penetapan harga di bawah pasaran juga sengaja disiasati agar tak banyak kamar yang kosong.

"Buat apa saya set harga mahal tapi banyak kamar yang kosong. Apalagi kamar yang kosong itu justru butuh perawatan ekstra. Karena kamar akan lembab, berjamur, yang namanya tidak ditempati kan begitu. Jadi saya set harga menengah karena saya lebih mengejar full okupansi daripada harga yang tinggi," kata dia.

Salah satu fasilitas yang diberikan di tempatnya yakni internet super kencang. Selain itu, dia menghadirkan pula area terbuka untuk berjemur, termasuk menyiapkan ruang tamu nyaman.

Hal-hal seperti itulah yang ternyata membuat mereka betah.

"Kalau full, omzet saya bisa Rp 90 juta ke atas. Kalau sedang sampai hampir penuh, ya Rp 60 juta sampai Rp 80 juta," kata dia.

Chica sempat menghadapi masa paceklik saat pandemi melanda. Bisnis kos-kosan miliknya ikut terganggu, karena hampir 20 persen kamar kosong.

Untuk mengatasinya, dia kemudian memberi sejumlah siasat seperti diskon Rp 200 ribu tiap awal bulan di masa pandemi. Lalu diskon Rp 100 ribu bagi penghuni yang sudah vaksin dan menunjukkan bukti. Sampai pemberian diskon bagi penghuni yang berhasil mengajak teman atau kerabatnya menyewa.

News Update